Green tech mengacu pada jenis teknologi yang dianggap ramah lingkungan berdasarkan proses produksinya atau rantai pasokannya. Green tech – singkatan dari “teknologi hijau” – juga dapat merujuk pada produksi energi bersih, penggunaan bahan bakar alternatif, dan teknologi yang tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Meskipun pasar untuk green technology masih relatif muda, pasar ini telah menarik minat investor dalam jumlah yang signifikan karena meningkatnya kesadaran akan dampak perubahan iklim dan menipisnya sumber daya alam.
Memahami Green Tech
Green technology adalah istilah umum yang menggambarkan penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk menciptakan produk dan layanan yang ramah lingkungan. Teknologi hijau terkait dengan cleantech, yang secara khusus mengacu pada produk atau layanan yang meningkatkan kinerja operasional sekaligus mengurangi biaya, konsumsi energi, limbah, atau efek negatif terhadap lingkungan.
Tujuan dari green tech adalah untuk melindungi lingkungan, memperbaiki kerusakan yang terjadi pada lingkungan di masa lalu, dan melestarikan sumber daya alam bumi. Green tech juga telah menjadi industri yang sedang berkembang yang telah menarik sejumlah besar modal investasi.
Penggunaan green tech dapat menjadi tujuan yang dinyatakan dalam sebuah segmen bisnis atau perusahaan. Tujuan-tujuan ini biasanya diuraikan dalam pernyataan lingkungan, keberlanjutan, dan tata kelola (ESG) perusahaan, atau bahkan dapat ditemukan dalam pernyataan misi perusahaan. Semakin banyak investor yang bertanggung jawab secara sosial ingin mempersempit calon investasi mereka untuk hanya menyertakan perusahaan yang secara khusus menggunakan atau memproduksi teknologi ramah lingkungan.
Sejarah Green Tech
Meskipun green tech telah menjadi semakin populer di era modern, elemen-elemen dari praktik bisnis ini telah digunakan sejak Revolusi Industri. Dimulai pada awal abad ke-19, para ilmuwan mulai mengamati dampak ekologis dari pabrik industri yang menggunakan batu bara, dan para produsen berusaha mengurangi eksternalitas negatif terhadap lingkungan dengan mengubah proses produksi untuk menghasilkan lebih sedikit jelaga atau produk sampingan.
Di Amerika Serikat, salah satu tonggak sejarah yang paling penting adalah Perang Dunia II. Untuk mengurangi konsumsi dan limbah, lebih dari 400.000 sukarelawan mulai mengumpulkan logam, kertas, karet, dan bahan lainnya untuk keperluan perang.
Setelah perang, para ilmuwan seperti Rachel Carson mulai memperingatkan tentang konsekuensi dari pestisida kimia, sementara para dokter di luar negeri melaporkan penyakit misterius yang terkait dengan radiasi nuklir. Banyak yang menyebut era ini sebagai awal mula gerakan ekologi, yang berusaha melestarikan ekosistem dan sumber daya sambil meningkatkan kesadaran akan konsekuensi dari teknologi yang tidak terkendali.
Badan-badan pemerintah secara perlahan menyadari pentingnya melindungi sumber daya lingkungan. Program daur ulang di tepi jalan menjadi hal yang umum selama beberapa dekade berikutnya, meningkatkan kesadaran tentang limbah rumah tangga. Badan Perlindungan Lingkungan, yang didirikan pada tahun 1970, menetapkan persyaratan yang tegas mengenai polusi dan limbah serta menetapkan mandat untuk pengikis batu bara dan teknologi bersih lainnya.
Jenis-jenis Green Tech
Green technology adalah kategori yang luas yang mencakup beberapa bentuk perbaikan lingkungan. Meskipun perubahan iklim dan emisi karbon saat ini dianggap sebagai salah satu masalah global yang paling mendesak, ada juga banyak upaya untuk mengatasi bahaya lingkungan lokal. Beberapa di antaranya berupaya melindungi ekosistem tertentu atau spesies yang terancam punah. Yang lainnya berupaya melestarikan sumber daya alam yang langka dengan mencari alternatif yang lebih berkelanjutan.
Energi alternatif
Untuk memberikan alternatif yang layak untuk bahan bakar fosil, banyak perusahaan berusaha untuk merekayasa sumber energi alternatif yang tidak menghasilkan karbon di atmosfer. Tenaga surya dan angin kini menjadi salah satu sumber energi yang paling murah, dan panel surya terjangkau oleh pemilik rumah di AS pada skala konsumen. Alternatif lain, seperti energi panas bumi dan energi pasang surut, belum digunakan dalam skala besar.
Kendaraan listrik
Hampir sepertiga emisi gas rumah kaca di Amerika Serikat dilepaskan oleh kegiatan transportasi, menurut Badan Perlindungan Lingkungan. Banyak produsen yang mencari cara untuk mengurangi emisi otomotif, baik dengan merancang mesin yang lebih hemat bahan bakar atau beralih ke tenaga listrik.
Namun, kendaraan listrik membutuhkan sejumlah inovasi di bidang lain, seperti baterai isi ulang berkapasitas tinggi dan infrastruktur pengisian daya. Selain itu, manfaat kendaraan listrik dibatasi oleh fakta bahwa banyak jaringan listrik yang masih mengandalkan bahan bakar fosil.
Pertanian berkelanjutan
Pertanian dan peternakan memiliki jejak lingkungan yang cukup besar, mulai dari tingginya biaya penggunaan lahan dan air hingga konsekuensi ekologis dari pestisida, pupuk, dan kotoran hewan. Oleh karena itu, ada banyak peluang untuk teknologi hijau di bidang pertanian. Sebagai contoh, teknik pertanian organik dapat mengurangi kerusakan akibat pengurasan tanah, inovasi pakan ternak dapat mengurangi emisi metana, dan pengganti daging dapat mengurangi konsumsi hewan ternak.
Daur ulang
Daur ulang berupaya melestarikan sumber daya yang langka dengan menggunakan kembali bahan atau menemukan pengganti yang berkelanjutan. Meskipun sampah plastik, kaca, kertas, dan logam merupakan bentuk daur ulang yang paling umum, operasi yang lebih canggih dapat digunakan untuk memulihkan bahan mentah yang mahal dari limbah elektronik atau suku cadang mobil.
Carbon capture
Carbon capture mengacu pada sekelompok teknologi eksperimental yang berusaha menghilangkan dan menyerap gas rumah kaca, baik pada saat pembakaran maupun dari atmosfer. Teknologi ini telah banyak dipromosikan oleh industri bahan bakar fosil, meskipun belum memenuhi harapan tersebut. Fasilitas carbon capture terbesar dapat menyerap 4.000 ton karbon dioksida per tahun, jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan emisi tahunan.
Adopsi Green Tech
Meskipun green tech merupakan kategori yang luas dan sulit didefinisikan, beberapa jenis teknologi ramah lingkungan telah diadopsi secara luas. Beberapa negara telah meluncurkan inisiatif untuk menghilangkan plastik sekali pakai, sebuah tujuan yang membutuhkan investasi besar dalam bentuk alternatif, seperti pengganti kertas, bioplastik, atau teknologi daur ulang. Singapura, misalnya, telah berjanji untuk mencapai 70% daur ulang pada tahun 2030.
Energi terbarukan adalah batas lain dari adopsi green technology, dengan bahan bakar fosil yang diakui sebagai pendorong perubahan iklim yang signifikan. Menurut Administrasi Informasi Energi, tenaga surya dan angin bersama-sama akan menyumbang 71% dari kapasitas energi baru yang ditambahkan pada tahun 2024. Di seluruh dunia, investasi global untuk semua sumber energi terbarukan telah mencapai $1,74 triliun pada tahun 2022.
Apakah Manfaatnya Lebih Besar daripada Biayanya?
Meskipun green technologies memiliki tujuan yang sama untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan melestarikan sumber daya bumi, hanya ada beberapa cara untuk melakukannya tanpa mempengaruhi lingkungan dengan cara lain. Dalam beberapa kasus, mengurangi biaya lingkungan di satu area berarti menyebabkan dampak buruk di area lain.
Sebagai contoh, baterai pada kendaraan listrik bergantung pada lithium, sebuah elemen yang sering kali ditambang dari hutan hujan Amerika Selatan. Bendungan pembangkit listrik tenaga air memiliki emisi karbon yang rendah, tetapi berdampak tinggi pada salmon dan spesies lain yang bergantung pada saluran air tersebut. Perangkat energi hijau seperti panel surya dan turbin angin membutuhkan sejumlah mineral langka, yang hanya dapat diekstraksi dengan menggunakan bahan kimia beracun.
Hal ini tidak berarti bahwa green technology adalah sesuatu yang sia-sia, tetapi memang membutuhkan perhitungan yang cermat untuk memastikan bahwa manfaatnya lebih besar daripada biayanya.
Hambatan dalam Pengadopsian Green Tech
Ada beberapa kendala dalam mengadopsi green technology, termasuk biaya awal yang tinggi. Mengembangkan dan menerapkan teknologi berkelanjutan sering kali membutuhkan investasi yang signifikan yang menghalangi banyak bisnis dan konsumen. Selain itu, kurangnya insentif keuangan dan subsidi dapat menyulitkan entitas yang lebih kecil untuk menanggung biaya awal, sehingga memperlambat laju adopsi green technology secara keseluruhan.
Rintangan utama lainnya adalah infrastruktur yang tidak memadai untuk mendukung green technology yang baru. Banyak daerah tidak memiliki fasilitas yang diperlukan. Jaringan pendukung yang tidak memadai ini menghambat penggunaan teknologi hijau secara efisien, sehingga kurang menarik bagi para pengadopsi potensial. Selain itu, kebijakan dan peraturan yang ada seringkali tertinggal dari kemajuan teknologi, sehingga semakin mempersulit implementasi secara luas.
Tantangan rantai pasokan juga menjadi kendala, termasuk kekurangan trafo yang dibutuhkan untuk menghubungkan energi bersih ke jaringan listrik.