Kalau kamu pernah denger berita ekonomi atau baca laporan keuangan dari pemerintah atau bank sentral, pasti sering ketemu istilah “inflasi inti” atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “core inflation”. Tapi apa sih sebenarnya arti dari inflasi inti ini? Kenapa banyak ekonom dan pengambil kebijakan lebih memilih menggunakan inflasi inti ketimbang inflasi umum? Nah, di artikel ini kita bakal kupas tuntas soal inflasi inti secara mendalam.
Apa Itu Inflasi Inti?
Inflasi inti adalah ukuran dari kenaikan harga barang dan jasa yang tidak memasukkan komponen yang dianggap sangat fluktuatif seperti harga makanan dan energi. Makanan dan energi memang sering banget berubah-ubah harganya dalam jangka pendek, karena faktor seperti cuaca, bencana alam, konflik geopolitik, dan lain-lain. Oleh karena itu, inflasi inti dianggap lebih stabil dan bisa merefleksikan tren inflasi jangka panjang dengan lebih akurat.
Contohnya, ketika harga minyak dunia tiba-tiba naik karena konflik di Timur Tengah, maka harga bahan bakar di dalam negeri juga bisa melonjak tajam. Ini akan mempengaruhi inflasi umum, tapi tidak terlalu mempengaruhi inflasi inti. Kenapa? Karena dalam perhitungan inflasi inti, komponen energi seperti BBM dikeluarkan.
Kenapa Inflasi Inti Penting?
Banyak orang mengira inflasi cukup dilihat dari kenaikan harga secara umum. Padahal, untuk membuat kebijakan ekonomi yang tepat, para pembuat kebijakan butuh data yang lebih bersih dan stabil. Inflasi inti memberikan sinyal yang lebih jernih mengenai tekanan harga dalam ekonomi, karena tidak terganggu oleh fluktuasi jangka pendek yang sifatnya temporer.
Misalnya, kalau inflasi umum tiba-tiba naik karena harga cabai melambung, apakah Bank Indonesia harus langsung menaikkan suku bunga? Belum tentu. Karena bisa jadi lonjakan harga cabai itu hanya sesaat, dan tidak mencerminkan adanya tekanan inflasi dari sisi permintaan masyarakat secara keseluruhan. Di sinilah inflasi inti berperan sebagai panduan utama dalam pengambilan kebijakan moneter.
Baca Juga: Apa Itu Exchange Stabilization Fund (ESF)?
Inflasi Umum vs Inflasi Inti
Nah, biar kamu makin ngerti, kita bedakan dulu antara inflasi umum dan inflasi inti. Inflasi umum mencakup semua komponen harga yang dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS), termasuk makanan, minuman, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya. Sementara itu, inflasi inti adalah bagian dari inflasi umum yang disaring atau disesuaikan dengan menghapus item-item yang harganya sangat bergejolak.
Inflasi umum cenderung lebih “volatil” karena mudah dipengaruhi oleh kejadian-kejadian tak terduga. Sebaliknya, inflasi inti lebih “stabil” dan bisa dijadikan indikator tren jangka panjang. Maka dari itu, bank sentral seperti Bank Indonesia sangat memperhatikan inflasi inti dalam menentukan arah suku bunga dan kebijakan moneter lainnya.
Cara Menghitung Inflasi Inti
Perhitungan inflasi inti sebenarnya menggunakan metode yang mirip dengan inflasi umum, hanya saja ada penyesuaian. Biasanya, item-item seperti bahan makanan segar (sayur, buah, daging) dan energi (BBM, listrik, gas) dikeluarkan dari daftar. BPS dan Bank Indonesia biasanya menggunakan dua pendekatan utama: metode eksklusi dan metode statistik.
- Metode eksklusi adalah metode yang paling umum, di mana item-item yang dianggap volatil langsung dikeluarkan dari perhitungan.
- Metode statistik, seperti trimmed mean atau weighted median, adalah metode yang lebih canggih karena mencoba menyaring “outlier” atau perubahan harga ekstrem, tanpa harus menentukan kategori barang tertentu yang harus dikeluarkan.
Baca Juga: Apa Itu International Monetary Fund (IMF)?
Apa Saja Komponen yang Dikecualikan?
Untuk inflasi inti di Indonesia, biasanya yang dikecualikan adalah makanan bergejolak (volatile food), bahan bakar, dan tarif energi. Misalnya:
- Harga beras, cabai, dan bawang bisa naik-turun dengan cepat tergantung musim dan pasokan.
- Harga BBM bisa naik drastis jika harga minyak dunia melonjak.
- Tarif listrik atau gas bisa berubah jika ada penyesuaian dari pemerintah.
Semua komponen ini dikeluarkan agar data inflasi lebih “stabil”.
Kapan Inflasi Inti Digunakan?
Inflasi inti digunakan dalam berbagai konteks ekonomi, terutama oleh bank sentral dalam menentukan kebijakan moneter. Contohnya, jika inflasi inti naik terlalu cepat, Bank Indonesia mungkin akan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) untuk menahan laju inflasi. Sebaliknya, kalau inflasi inti terlalu rendah, artinya permintaan dalam ekonomi lemah, dan mungkin bank sentral akan menurunkan suku bunga untuk mendorong konsumsi dan investasi.
Selain itu, inflasi inti juga penting buat investor, pelaku usaha, dan analis keuangan. Kenapa? Karena angka ini bisa jadi petunjuk apakah ekonomi sedang memanas atau malah melambat.
Kelebihan dan Kelemahan Inflasi Inti
Inflasi inti memang punya banyak kelebihan, terutama dalam hal stabilitas dan akurasi sebagai indikator tren jangka panjang. Tapi bukan berarti tanpa kelemahan.
Kelebihannya:
- Lebih stabil dari inflasi umum.
- Tidak mudah terpengaruh oleh faktor eksternal seperti cuaca atau gejolak pasar global.
- Memberikan sinyal lebih jelas untuk kebijakan moneter.
Kelemahannya:
- Bisa jadi tidak merepresentasikan kondisi hidup masyarakat sehari-hari, karena makanan dan energi justru komponen pengeluaran terbesar bagi rumah tangga miskin.
- Kadang metode perhitungannya kurang transparan atau sulit dipahami masyarakat awam.
Baca Juga: Apa Itu Reserve Assets?
Hubungan Inflasi Inti dan Target Inflasi
Bank sentral seperti Bank Indonesia biasanya menetapkan target inflasi tahunan, misalnya di kisaran 2-4%. Tapi target ini seringkali lebih merujuk pada inflasi inti, karena dianggap mencerminkan tekanan inflasi yang bisa dikendalikan melalui kebijakan moneter. Jadi, meskipun inflasi umum mungkin meleset dari target karena faktor musiman, selama inflasi inti masih dalam batas yang wajar, maka bank sentral nggak perlu terlalu khawatir.
Kenapa Masyarakat Perlu Tahu Soal Inflasi Inti?
Meskipun konsep ini kesannya cuma buat ekonom dan bankir, sebenarnya penting juga buat kamu sebagai masyarakat umum. Dengan tahu inflasi inti, kamu bisa lebih paham kenapa suku bunga naik, kenapa cicilan KPR makin mahal, atau kenapa BI ambil langkah tertentu buat menstabilkan ekonomi. Selain itu, pengetahuan ini juga bisa bantu kamu bikin keputusan keuangan yang lebih bijak, misalnya dalam berinvestasi atau merencanakan anggaran rumah tangga.
Kesimpulan
Inflasi inti atau core inflation adalah ukuran inflasi yang menghilangkan pengaruh dari harga-harga yang sangat berfluktuasi seperti makanan dan energi. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang lebih stabil dan akurat tentang tren inflasi jangka panjang. Karena itulah, inflasi inti lebih sering dijadikan acuan dalam analisis ekonomi dan penentuan kebijakan moneter dibanding inflasi umum.
Dengan memahami konsep ini, kamu jadi bisa lebih “melek ekonomi” dan nggak gampang panik kalau baca berita inflasi naik. Yang penting, kamu bisa bedakan mana kenaikan harga yang cuma sementara, dan mana yang memang menunjukkan ada masalah struktural dalam ekonomi. So, semoga artikel ini bantu kamu makin paham ya!