Dalam dunia investasi, ada banyak instrumen keuangan yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan pendanaan, dan oleh investor untuk mendapatkan imbal hasil. Salah satu instrumen yang cukup menarik dan fleksibel adalah sekuritas konversi atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai convertible securities. Jenis sekuritas ini punya keunikan tersendiri karena menggabungkan dua dunia: utang dan ekuitas. Buat kamu yang ingin memahami lebih dalam tentang apa itu sekuritas konversi, cara kerjanya, dan kenapa instrumen ini begitu menarik, yuk kita bahas lebih lanjut!
Apa Itu Sekuritas Konversi?
Secara sederhana, sekuritas konversi adalah instrumen keuangan yang pada awalnya berbentuk utang atau saham preferen, namun bisa diubah menjadi saham biasa (common stock) dari perusahaan yang menerbitkannya. Artinya, sekuritas ini bisa dimulai sebagai obligasi atau saham preferen, tapi di titik tertentu (tergantung pada ketentuan yang berlaku), pemegangnya punya opsi untuk mengkonversinya menjadi saham biasa.
Contohnya, perusahaan A menerbitkan obligasi konversi senilai Rp1 miliar. Di dalam syarat obligasi tersebut, dinyatakan bahwa investor bisa mengubah obligasi itu menjadi saham biasa perusahaan A dengan rasio tertentu, misalnya 10 saham untuk setiap Rp100.000 obligasi. Nah, kalau nilai sahamnya naik drastis, investor bisa memilih untuk mengubah obligasi itu menjadi saham dan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham.
Baca Juga: Apa Itu Stablecoin?
Cara Kerja Sekuritas Konversi
Untuk memahami cara kerja sekuritas konversi, kamu perlu melihatnya dari dua sisi: dari sisi perusahaan yang menerbitkan, dan dari sisi investor yang membeli.
Dari sisi perusahaan, sekuritas konversi sering dipakai sebagai cara untuk mengumpulkan dana tanpa harus langsung menerbitkan saham biasa, yang bisa langsung mencairkan struktur kepemilikan (dilusi). Dengan menawarkan obligasi atau saham preferen yang bisa dikonversi nanti, perusahaan bisa menarik minat investor tanpa langsung mengganggu keseimbangan pemegang saham yang sudah ada.
Dari sisi investor, sekuritas konversi memberikan fleksibilitas. Di satu sisi, mereka mendapatkan pendapatan tetap dari kupon atau dividen (kalau bentuknya obligasi atau saham preferen). Tapi di sisi lain, mereka juga punya potensi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar jika harga saham perusahaan naik di masa depan. Kalau harga saham naik cukup tinggi, mereka bisa memilih untuk mengkonversi sekuritas tersebut ke saham biasa dan menjualnya dengan harga pasar, sehingga menghasilkan capital gain.
Jenis-Jenis Sekuritas Konversi
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, sekuritas konversi biasanya memiliki dua bentuk:
Obligasi Konversi (Convertible Bonds)
Ini adalah surat utang yang memberikan bunga tetap (kupon) dan memiliki opsi untuk dikonversi menjadi saham biasa. Selama masih berbentuk obligasi, investor menerima kupon secara berkala. Namun, jika harga saham naik dan melebihi nilai konversi yang telah ditentukan, investor mungkin memilih untuk mengkonversinya ke saham biasa.
Saham Preferen Konversi (Convertible Preferred Stock)
Ini adalah saham preferen yang biasanya memberikan dividen tetap, namun juga bisa dikonversi menjadi saham biasa. Saham preferen punya prioritas lebih tinggi dibandingkan saham biasa dalam hal pembagian dividen dan aset jika perusahaan bangkrut, tapi tidak punya hak suara seperti saham biasa. Opsi konversi memberikan potensi keuntungan tambahan bagi pemegang saham preferen jika harga saham perusahaan naik.
Kenapa Sekuritas Konversi Dianggap Unik?
Keunikan sekuritas konversi terletak pada kombinasi karakteristik antara utang dan ekuitas. Saat masih berbentuk obligasi atau saham preferen, sekuritas ini memberikan penghasilan tetap seperti instrumen utang. Tapi ketika dikonversi menjadi saham biasa, maka ia berubah menjadi bagian dari ekuitas perusahaan, dengan segala potensi keuntungan (dan risiko) yang dimilikinya.
Bagi perusahaan, ini berarti mereka bisa menarik dana tanpa harus langsung menghadapi tekanan dari peningkatan jumlah saham beredar. Sementara bagi investor, ini memberikan semacam perlindungan bawah (downside protection) karena mereka tetap menerima bunga atau dividen jika saham tidak perform, tapi juga punya potensi keuntungan lebih tinggi jika harga saham naik.
Baca Juga: Apa Itu Off-Balance Sheet (OBS)?
Nilai Konversi dan Rasio Konversi
Salah satu konsep penting dalam sekuritas konversi adalah nilai konversi. Ini adalah nilai dari saham biasa yang akan diterima jika sekuritas konversi dikonversi saat ini. Misalnya, kalau satu obligasi bisa dikonversi menjadi 20 saham biasa, dan harga saham saat ini Rp5.000, maka nilai konversinya adalah Rp100.000.
Selain itu, ada juga yang namanya rasio konversi, yaitu jumlah saham biasa yang akan diperoleh untuk setiap unit sekuritas konversi. Rasio ini biasanya ditentukan saat sekuritas diterbitkan dan menjadi dasar dalam perhitungan nilai konversi.
Jika harga saham naik melebihi nilai konversi (ditambah potensi bunga yang hilang dari obligasi), maka investor cenderung memilih untuk melakukan konversi.
Konversi Sukarela vs Konversi Wajib
Dalam praktiknya, ada dua jenis mekanisme konversi dalam sekuritas konversi: konversi sukarela dan konversi wajib.
Konversi Sukarela (Voluntary Conversion)
Dalam skema ini, investor sendiri yang menentukan apakah mereka ingin mengkonversi sekuritas mereka menjadi saham biasa atau tetap mempertahankan bentuk awalnya. Biasanya keputusan ini dipengaruhi oleh harga saham saat itu dan ekspektasi pasar.
Konversi Wajib (Mandatory Conversion)
Dalam beberapa kasus, sekuritas konversi bisa didesain untuk dikonversi secara otomatis ke saham biasa pada kondisi tertentu, misalnya jika harga saham mencapai level tertentu atau saat jatuh tempo. Dalam skenario ini, investor tidak punya pilihan — konversi akan terjadi sesuai ketentuan kontrak.
Keuntungan dan Risiko Sekuritas Konversi
Sekuritas konversi menawarkan sejumlah keuntungan buat investor. Yang paling utama tentu saja fleksibilitas dan potensi imbal hasil ganda: pendapatan tetap dan potensi pertumbuhan nilai. Investor juga bisa menikmati perlindungan modal relatif lebih baik dibandingkan langsung membeli saham biasa.
Namun, tentu ada risikonya juga. Misalnya, karena menawarkan potensi konversi, obligasi konversi biasanya memberikan tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan obligasi biasa. Jika harga saham tidak pernah naik sampai layak untuk dikonversi, maka investor hanya akan mendapatkan imbal hasil yang lebih kecil. Selain itu, kalau perusahaan bangkrut, pemegang sekuritas konversi punya posisi lebih rendah dibandingkan pemegang obligasi biasa dalam urutan klaim aset.
Baca Juga: Apa Itu West Texas Intermediate (WTI)?
Kesimpulan
Sekuritas konversi adalah instrumen investasi yang menarik karena menggabungkan keamanan dari instrumen utang dengan potensi keuntungan dari saham. Bagi perusahaan, sekuritas ini bisa jadi cara cerdas untuk mendapatkan dana tanpa langsung membebani struktur ekuitas. Sementara bagi investor, instrumen ini menawarkan peluang untuk memperoleh pendapatan tetap sambil tetap membuka jalan untuk memperoleh capital gain jika kondisi pasar mendukung.
Tapi sama seperti jenis investasi lainnya, penting untuk memahami dengan baik struktur, risiko, dan potensi keuntungan dari sekuritas konversi sebelum kamu memutuskan untuk berinvestasi. Pahami juga syarat-syarat konversinya, nilai dan rasio konversi, serta kapan dan bagaimana konversi bisa dilakukan. Dengan pemahaman yang baik, kamu bisa memanfaatkan instrumen ini secara optimal dalam portofolio investasi kamu.