Dalam dunia kripto yang penuh dinamika dan fluktuasi harga yang ekstrem, muncul satu inovasi penting yang membawa angin segar bagi banyak orang, yaitu stablecoin. Buat kamu yang baru mendengar istilah ini atau ingin lebih paham soal stablecoin, artikel ini akan bantu kamu memahami konsepnya dari A sampai Z. Kita akan bahas apa itu stablecoin, bagaimana cara kerjanya, apa tujuannya, jenis-jenisnya, serta manfaat dan risiko yang perlu kamu ketahui sebelum terjun lebih jauh.
Apa Itu Stablecoin?
Stablecoin adalah jenis aset kripto yang dirancang untuk memiliki nilai yang stabil karena dipatok (pegged) pada nilai aset tertentu, seperti mata uang fiat (misalnya dolar AS, euro, atau rupiah), atau komoditas seperti emas. Dengan kata lain, stablecoin punya misi untuk menggabungkan keunggulan teknologi blockchain (seperti transaksi cepat dan transparan) dengan stabilitas nilai dari aset tradisional.
Misalnya, satu unit stablecoin seperti USDT (Tether) biasanya bernilai sama dengan satu dolar AS. Jadi, meskipun kripto seperti Bitcoin atau Ethereum bisa naik-turun harganya dalam waktu singkat, nilai stablecoin relatif tetap.
Baca Juga: Apa Itu West Texas Intermediate (WTI)?
Tujuan dan Manfaat Stablecoin
Tujuan utama dari stablecoin adalah untuk mengurangi volatilitas atau ketidakstabilan harga yang sering terjadi pada aset kripto. Kita semua tahu, harga Bitcoin bisa naik atau turun puluhan persen hanya dalam hitungan hari—bahkan jam. Hal ini tentu menyulitkan kalau kamu ingin menggunakan kripto untuk transaksi sehari-hari, seperti belanja online atau kirim uang ke teman.
Nah, di sinilah stablecoin berperan penting:
- Sebagai media transaksi: Karena nilainya stabil, stablecoin lebih cocok digunakan untuk pembayaran dibandingkan aset kripto lain yang nilainya fluktuatif.
- Melindungi nilai aset: Saat pasar kripto sedang turun, banyak trader atau investor akan mengkonversi aset mereka ke stablecoin agar nilainya nggak ikut anjlok.
- Transfer uang lintas negara: Stablecoin memudahkan pengiriman uang antar negara dengan biaya lebih murah dan waktu lebih cepat dibandingkan sistem perbankan tradisional.
- Jembatan antara dunia kripto dan fiat: Stablecoin memudahkan pengguna baru untuk masuk ke dunia kripto karena nilainya yang familiar (misalnya 1 USDC = 1 USD).
Cara Kerja Stablecoin
Stablecoin bekerja dengan cara mematok nilainya terhadap aset tertentu, tapi bagaimana caranya untuk tetap menjaga nilai tersebut? Ada beberapa mekanisme yang dipakai tergantung pada jenis stablecoin-nya.
Stablecoin yang Didukung oleh Fiat
Ini adalah jenis stablecoin yang paling umum dan paling mudah dipahami. Stablecoin ini dijamin dengan cadangan uang fiat yang disimpan di bank. Misalnya, untuk setiap 1 USDT yang beredar, ada 1 dolar AS yang disimpan sebagai cadangan.
Contoh stablecoin jenis ini: USDT (Tether), USDC (USD Coin), BUSD (Binance USD).
Cara kerjanya cukup simpel. Kalau kamu membeli 100 USDC, perusahaan penerbit (misalnya Circle untuk USDC) akan menyimpan 100 USD di rekening bank untuk menjamin stablecoin tersebut. Kalau kamu mau menukarkan kembali ke USD, kamu bisa melakukannya dan stablecoin kamu akan “dibakar” (dihapus dari sirkulasi).
Stablecoin yang Didukung oleh Kripto
Berbeda dari yang pertama, stablecoin ini dijamin bukan oleh uang fiat, tapi oleh aset kripto lain. Karena nilai aset kripto sangat fluktuatif, biasanya stablecoin ini over-collateralized (punya jaminan lebih besar dari nilai stablecoin-nya).
Contoh: DAI, yang dijamin oleh Ethereum atau aset kripto lainnya.
Kalau kamu ingin mencetak DAI, kamu harus mengunci ETH senilai lebih besar dari jumlah DAI yang akan kamu terbitkan, misalnya kunci ETH senilai $150 untuk mencetak 100 DAI. Hal ini dilakukan supaya kalau harga ETH turun, nilai DAI bisa tetap bertahan.
Stablecoin Algoritmik
Jenis ini tidak menggunakan aset jaminan seperti fiat atau kripto. Sebagai gantinya, stablecoin algoritmik menggunakan kode dan smart contract untuk mengatur suplai stablecoin di pasar. Ketika harga stablecoin turun dari target (misalnya di bawah $1), sistem akan mengurangi suplai, dan sebaliknya ketika harga naik.
Contoh stablecoin jenis ini adalah TerraUSD (UST)—meskipun proyek ini sudah runtuh pada 2022 karena mekanismenya gagal menjaga kestabilan harga.
Stablecoin algoritmik bisa sangat efisien dan terdesentralisasi, tapi juga paling berisiko karena bergantung sepenuhnya pada keseimbangan permintaan dan penawaran serta kepercayaan pengguna.
Jenis-Jenis Stablecoin Berdasarkan Jaminannya
Walau sudah dijelaskan di atas secara garis besar, ini dia pembagian stablecoin berdasarkan apa yang menjaminnya:
- Fiat-collateralized: Dijamin oleh mata uang fiat. Paling umum dan paling stabil.
- Crypto-collateralized: Dijamin oleh aset kripto. Lebih transparan dan terdesentralisasi.
- Algorithmic: Tidak dijamin secara langsung, hanya dikendalikan oleh algoritma.
Kelebihan Stablecoin
- Stabilitas harga: Ini poin utama. Cocok untuk transaksi harian dan menghindari risiko rugi mendadak karena harga turun drastis.
- Cepat dan murah: Transaksi stablecoin bisa dilakukan dalam hitungan detik dengan biaya jauh lebih rendah dibanding transfer bank.
- Akses global: Siapa saja bisa punya stablecoin tanpa perlu rekening bank, selama punya dompet kripto.
- Cocok buat DeFi: Stablecoin banyak dipakai di ekosistem decentralized finance (DeFi) untuk staking, lending, dan yield farming.
Kekurangan dan Risiko Stablecoin
Meskipun kelihatannya ideal, stablecoin juga punya sisi gelap dan risiko yang perlu kamu perhatikan:
- Risiko sentralisasi: Banyak stablecoin (seperti USDT dan USDC) dikelola oleh perusahaan swasta, jadi masih ada unsur kontrol terpusat.
- Risiko jaminan: Kalau cadangan fiat atau kripto tidak cukup, stablecoin bisa kehilangan nilai. Ini pernah terjadi di beberapa kasus.
- Masalah regulasi: Banyak negara mulai memperketat aturan soal stablecoin karena khawatir bisa mengganggu sistem keuangan tradisional.
- Kasus algoritmik: Seperti yang terjadi pada TerraUSD, kalau mekanisme algoritma gagal, nilai stablecoin bisa anjlok drastis.
Regulasi dan Masa Depan Stablecoin
Pemerintah dan lembaga keuangan di seluruh dunia sekarang makin serius memperhatikan stablecoin. Beberapa negara seperti Amerika Serikat bahkan sedang merancang undang-undang khusus untuk mengatur penggunaan dan penerbitan stablecoin, terutama yang berbasis fiat.
Regulasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa stablecoin benar-benar memiliki cadangan yang sesuai dan tidak digunakan untuk aktivitas ilegal seperti pencucian uang. Di sisi lain, banyak yang percaya kalau stablecoin bisa menjadi jembatan penting menuju sistem keuangan digital yang lebih inklusif dan efisien.
Baca Juga: Apa Itu Off-Balance Sheet (OBS)?
Kesimpulan
Stablecoin adalah inovasi penting dalam dunia kripto yang menawarkan keseimbangan antara stabilitas dan efisiensi digital. Dengan mematok nilainya pada aset eksternal seperti dolar atau emas, stablecoin bisa digunakan sebagai alat transaksi, penyimpan nilai, hingga jembatan ke sistem keuangan terdesentralisasi.
Meskipun punya banyak kelebihan, tetap ada risiko yang harus kamu perhatikan, mulai dari potensi kegagalan sistem hingga masalah regulasi. Jadi, kalau kamu mau pakai stablecoin—baik untuk investasi, transaksi, atau kegiatan di dunia DeFi—pastikan kamu pahami cara kerjanya dan pilih stablecoin yang terpercaya.
Dengan memahami stablecoin, kamu bisa lebih bijak dalam menjelajahi dunia kripto yang luas dan dinamis ini. Semoga artikel ini ngebantu kamu dapetin gambaran utuh soal apa itu stablecoin dan kenapa dia penting banget di dunia kripto sekarang!