BerandaIstilahCNY (Chinese Yuan)

CNY (Chinese Yuan)

Space Available
Hubungi kami untuk informasi kerja sama

Di tengah hiruk-pikuk ekonomi global yang terus berubah, nama Tiongkok hampir selalu muncul dalam setiap perbincangan besar. Entah itu soal perdagangan internasional, investasi asing, atau teknologi, negara ini punya pengaruh yang makin kuat dari tahun ke tahun. Tapi di balik kekuatan ekonominya, ada satu elemen penting yang jadi fondasi dari semua pergerakan itu: mata uang nasionalnya, yaitu Yuan.

Mungkin kamu sering melihat simbol “¥” atau kode “CNY” saat membaca berita keuangan atau memantau kurs di aplikasi konversi mata uang. Tapi tahukah kamu bahwa Yuan bukan hanya sekadar alat tukar dalam negeri, melainkan juga bagian dari strategi besar Tiongkok dalam meraih posisi penting di panggung ekonomi dunia?

Apa Itu CNY (Yuan Tiongkok)?

CNY adalah singkatan dari Chinese Yuan, nama resmi mata uang Tiongkok dalam perdagangan internasional. Simbolnya “¥”, mirip yen Jepang, tapi tentu saja keduanya berbeda. Biasanya dalam konteks global, kamu akan lihat mata uang ini ditulis sebagai “CNY”, yang merupakan kode mata uang internasional menurut standar ISO.

Nah, lalu muncul nama lain: Renminbi, atau sering disingkat RMB. Ini sebenarnya adalah nama resmi dari sistem mata uang nasional Tiongkok yang artinya “mata uang rakyat”. Jadi bisa dibilang, Renminbi itu nama sistemnya, sementara Yuan adalah satuan mata uangnya. Kalau dibuat analoginya, Renminbi itu seperti “pound sterling”, sedangkan yuan itu seperti “pound” dalam konteks nominalnya.

Misalnya, ketika kamu bilang “100 yuan”, kamu sedang menyebutkan jumlah uangnya. Tapi kalau ngomongin “kebijakan nilai tukar Renminbi”, kamu sedang membicarakan sistemnya secara keseluruhan.

Sejarah Singkat Yuan: Dari Dinasti ke Digital

Yuan punya sejarah yang panjang dan telah ada sejak zaman dinasti di Tiongkok. Tapi bentuk modernnya baru terbentuk pada tahun 1948, ketika Bank Rakyat Tiongkok (People’s Bank of China atau PBOC) didirikan dan menerbitkan Renminbi sebagai mata uang resmi, sesaat sebelum berdirinya Republik Rakyat Tiongkok tahun 1949.

Awalnya, mata uang ini digunakan untuk menstabilkan ekonomi pasca-perang saudara. Nilainya sempat sangat tidak stabil karena inflasi dan transisi ekonomi yang drastis. Namun, sejak Tiongkok mulai membuka diri dan melakukan reformasi ekonomi pada akhir 1970-an, Yuan mulai memainkan peran yang lebih sentral dalam perdagangan dan pembangunan nasional.

Saat ini, bahkan Tiongkok telah mengembangkan Yuan digital (e-CNY) sebagai bagian dari sistem keuangan masa depan yang lebih terkoneksi dan efisien. Ini menunjukkan betapa seriusnya Tiongkok dalam mengembangkan sistem keuangan mereka agar tidak tertinggal dalam era digital.

Peran Bank Rakyat Tiongkok (PBOC)

Kalau bicara soal siapa yang “memegang kendali” atas Yuan, jawabannya adalah Bank Rakyat Tiongkok. Ini adalah bank sentral Tiongkok yang mengatur segala hal terkait mata uang, termasuk mencetak uang, menetapkan suku bunga, dan yang paling penting – mengatur nilai tukar.

Berbeda dengan dolar AS atau euro yang nilai tukarnya bergerak bebas mengikuti pasar, Yuan dikendalikan secara ketat oleh pemerintah Tiongkok. Nilai tukarnya terhadap mata uang asing, khususnya dolar, ditentukan oleh kombinasi pasar dan intervensi pemerintah.

Setiap hari, PBOC menetapkan kurs referensi harian dan hanya mengizinkan pergerakan nilai tukar dalam batas tertentu. Artinya, Yuan memang “mengambang”, tapi tidak sebebas mata uang lainnya. Ini dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik dan melindungi ekspor Tiongkok agar tetap kompetitif di pasar global.

Kontrol Ketat dan Dampaknya

Kebijakan nilai tukar yang dikendalikan ini sering jadi bahan perdebatan internasional. Beberapa negara menuduh Tiongkok “memanipulasi mata uang” untuk kepentingan ekspor – dengan cara menjaga nilai Yuan tetap rendah terhadap dolar, sehingga produk Tiongkok jadi lebih murah di pasar global.

Namun di sisi lain, pemerintah Tiongkok beralasan bahwa kontrol ini penting untuk menjaga stabilitas ekonomi, terutama karena sistem keuangan mereka masih belum sepenuhnya terbuka seperti di negara-negara Barat. Kalau dilepas bebas, dikhawatirkan nilai Yuan bisa berfluktuasi terlalu liar dan merugikan ekonomi domestik.

Yuan vs Dolar AS

Dolar AS (USD) masih jadi raja dalam hal perdagangan dan keuangan internasional. Tapi belakangan ini, Yuan mulai unjuk gigi. Tiongkok terus mendorong penggunaan Yuan dalam transaksi lintas negara, terutama dengan negara-negara berkembang.

Misalnya, dalam perdagangan minyak antara Tiongkok dan negara-negara Timur Tengah, Yuan mulai dipakai sebagai alat pembayaran. Begitu juga dengan transaksi bilateral antara Tiongkok dan mitra dagangnya di Asia dan Afrika.

Meski begitu, secara volume, penggunaan Yuan masih jauh di bawah dolar. Dolar masih mendominasi lebih dari 80% transaksi internasional, sementara Yuan baru menyentuh kisaran 3–4%. Tapi tren ini terus bergerak, dan banyak pihak memprediksi Yuan akan punya peran yang jauh lebih besar dalam beberapa dekade mendatang.

Internasionalisasi Yuan

Tiongkok nggak tinggal diam. Mereka aktif mengambil langkah konkret untuk menginternasionalisasi Yuan. Salah satunya adalah dengan menjalin swap currency agreements dengan berbagai negara – semacam kesepakatan untuk saling menukarkan mata uang nasional secara langsung, tanpa lewat dolar AS.

Langkah besar lainnya adalah saat IMF (Dana Moneter Internasional) memasukkan Yuan ke dalam keranjang Special Drawing Rights (SDR) pada tahun 2016. Ini adalah pengakuan resmi bahwa Yuan layak masuk dalam daftar mata uang global utama, sejajar dengan dolar, euro, pound sterling, dan yen.

Meski begitu, proses internasionalisasi ini tetap menghadapi tantangan. Salah satunya adalah kurangnya transparansi dalam sistem keuangan Tiongkok. Investor global masih ragu-ragu karena pemerintah Tiongkok punya kendali besar atas aliran modal, perbankan, dan kebijakan ekonomi secara umum. Tanpa reformasi struktural yang lebih terbuka, Yuan masih sulit untuk menggantikan posisi dolar sebagai mata uang utama dunia.

Yuan Digital: Masa Depan yang Sedang Dibentuk

Salah satu terobosan terbaru dari Tiongkok adalah pengembangan e-CNY, atau Yuan digital. Ini adalah versi digital dari Renminbi yang dikembangkan oleh PBOC untuk memodernisasi sistem pembayaran nasional.

Beda dengan cryptocurrency seperti Bitcoin yang terdesentralisasi, e-CNY tetap dikendalikan pemerintah. Tujuannya bukan hanya mempermudah transaksi digital, tapi juga mengurangi dominasi dolar dalam pembayaran internasional. Tiongkok sudah mulai menguji coba e-CNY di berbagai kota besar, dan dalam jangka panjang, bisa jadi Yuan digital ini akan jadi alat transaksi lintas negara yang makin populer.

Kesimpulan

Yuan Tiongkok, dengan kode CNY dan nama resmi Renminbi (RMB), bukan lagi sekadar mata uang nasional sebuah negara, tapi telah berkembang menjadi alat penting dalam percaturan ekonomi global. Dengan sejarah panjang, kontrol ketat dari pemerintah melalui Bank Rakyat Tiongkok, dan berbagai langkah strategis seperti internasionalisasi Yuan hingga pengembangan Yuan digital, Tiongkok menunjukkan ambisinya untuk menjadikan Yuan sebagai mata uang yang bisa bersaing dengan dolar AS.

Meskipun masih menghadapi tantangan – seperti keterbatasan transparansi sistem keuangan dan kepercayaan internasional – peran Yuan terus tumbuh, baik dalam perdagangan antarnegara maupun sebagai cadangan devisa. Dunia kini mulai membuka mata bahwa CNY adalah simbol kekuatan ekonomi yang sedang naik daun.

Bagi kamu yang ingin memahami dinamika keuangan global, mengenal lebih dekat Yuan bukan lagi pilihan, tapi keharusan. Karena di balik simbol ¥, ada arah baru dalam keseimbangan kekuatan ekonomi dunia.

Signal Forex Akurat
Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya

Baca Juga