Kalau kita ngomongin analisis teknikal, hal pertama yang biasanya terlintas di kepala adalah grafik atau chart. Bagi trader, grafik itu ibarat peta jalan yang membantu melihat arah pergerakan harga. Tanpa chart, kita seperti nyasar di hutan tanpa kompas.
Chart sendiri adalah alat visual untuk memetakan perjalanan harga dari waktu ke waktu. Dengan melihat grafik, kita bisa mengenali tren, pola, dan bahkan memprediksi kemungkinan arah pasar berikutnya. Nah, ada tiga jenis chart yang paling sering dipakai dalam analisis teknikal: line chart, bar chart, dan candlestick chart. Mari kita bahas satu per satu.
Line Chart

Line chart adalah bentuk grafik paling dasar. Sesuai namanya, grafik ini hanya berupa garis yang menghubungkan titik-titik harga penutupan dari waktu ke waktu.
Bayangin misalnya, harga penutupan beberapa hari berturut-turut adalah 100, 200, 150, lalu 250. Nah, titik-titik harga ini kemudian disambungkan dengan garis lurus sehingga membentuk pola pergerakan. Dari situ, kamu bisa melihat gambaran besar pergerakan harga dalam suatu periode.
Kelebihan line chart adalah kesederhanaannya. Kamu bisa cepat melihat tren naik, turun, atau datar tanpa terlalu ribet. Tapi kelemahannya, informasi yang ditampilkan terbatas. Kamu cuma dapat harga penutupan, tanpa tahu harga pembukaan, tertinggi, atau terendah. Jadi, chart ini lebih cocok dipakai buat gambaran umum, bukan analisis detail.
Bar Chart
Berbeda dengan line chart, bar chart menyajikan data yang lebih detail. Grafik ini menampilkan empat data harga selama periode waktu tertentu, yaitu:
- harga pembukaan (open),
- harga tertinggi (high),
- harga terendah (low),
- dan harga penutupan (close).
Karena itu, bar chart sering disebut dengan nama OHLC chart (Open, High, Low, Close).

Bentuknya gimana? Bayangkan ada satu garis vertikal yang menunjukkan rentang harga tertinggi dan terendah dalam periode tertentu. Lalu ada garis kecil ke kiri sebagai tanda harga pembukaan, dan garis kecil ke kanan sebagai tanda harga penutupan. Kalau harga penutupan lebih tinggi daripada harga pembukaan, artinya harga sedang naik. Sebaliknya, kalau harga penutupan lebih rendah dari harga pembukaan, berarti harga sedang turun.
Satu bar mewakili satu periode, tergantung kerangka waktu yang dipilih: bisa satu hari, satu jam, satu minggu, bahkan satu menit. Jadi kalau kamu melihat bar chart dengan timeframe harian, maka tiap batang mewakili aktivitas harga selama satu hari penuh.
Kelebihannya, bar chart menampilkan lebih banyak informasi ketimbang line chart. Kamu bisa tahu range harga sekaligus pergerakan dari open ke close. Namun, secara visual, bar chart bisa sedikit membingungkan bagi pemula karena tampilannya lebih “ramai”.
Candlestick Chart
Nah, ini dia chart yang paling populer di kalangan trader: candlestick chart. Sesuai namanya, bentuk grafik ini mirip lilin, lengkap dengan sumbu di atas dan bawah. Candlestick pertama kali dikembangkan di Jepang, makanya sering disebut Japanese Candlestick.
Candlestick sebenarnya menyajikan informasi yang sama dengan bar chart, yaitu open, high, low, dan close. Bedanya, candlestick terlihat lebih jelas secara visual karena punya “body” atau tubuh. Tubuh candlestick menunjukkan jarak antara harga pembukaan dan penutupan dalam periode tertentu.
Biasanya, warna candlestick dibuat berbeda untuk membedakan arah pergerakan harga. Misalnya:
- Jika harga penutupan lebih tinggi daripada harga pembukaan, maka body disebut bull candle (tanda harga naik).
- Kalau harga penutupan lebih rendah daripada pembukaan, maka disebut bear candle (tanda harga turun).

Untuk memudahkan, ingat saja istilah ini: BULL = naik, BEAR = turun.
Secara tradisional, candlestick menggunakan warna putih untuk bullish dan hitam untuk bearish. Tapi sekarang banyak platform trading yang pakai kombinasi warna lain, seperti hijau untuk naik dan merah untuk turun. Bahkan ada juga yang menggantinya dengan warna biru atau ungu supaya lebih enak dilihat. Pilihan warna sebenarnya nggak masalah, yang penting kamu bisa langsung tahu mana candle naik dan mana candle turun.
Alasan banyak trader suka candlestick adalah karena tampilannya lebih informatif dan mudah dipahami secara sekilas. Dengan cepat kamu bisa melihat apakah pasar cenderung bullish atau bearish, bahkan bisa mengenali pola-pola tertentu yang sering muncul sebelum harga bergerak ke arah tertentu.
Kenapa Memahami Chart itu Penting?
Mungkin kamu bertanya, kenapa harus repot-repot belajar membaca chart? Jawabannya simpel: chart adalah bahasa pasar. Kalau kamu bisa membacanya, kamu bisa menangkap sinyal yang dikirimkan pasar sebelum membuat keputusan trading.
Misalnya, line chart bisa bantu kamu melihat tren jangka panjang. Bar chart memberikan detail lebih dalam soal pergerakan harga dalam satu periode. Sementara candlestick nggak cuma menunjukkan arah, tapi juga sering kali membentuk pola-pola unik seperti doji, hammer, atau engulfing yang punya arti khusus bagi trader.
Dengan kata lain, memahami chart berarti kamu bisa membaca “cerita” di balik angka-angka harga. Dan itu adalah bekal penting untuk bisa mengambil keputusan lebih bijak di pasar.