Harga minyak mentah WTI merangkak naik ke sekitar level $70.50 per barel setelah perhatian para investor beralih ke prospek tahun 2025. Adanya spekulasi bahwa pasokan minyak pada tahun depan akan mengalami surplus telah menimbulkan keraguan terhadap kemampuan OPEC dan sekutunya dalam melakukan normalisasi produksi.
Adanya ketidakpastian seputar prospek permintaan minyak dari China – importir minyak mentah terbesar di dunia, juga terus membebani sentimen pasar, terlebih di tengah adanya keraguan terhadap pemulihan ekonomi China.
Di tempat terpisah, para investor terus mencermati kemungkinan terjadinya perubahan kebijakan saat Presiden AS terpilih Donald Trump mulai menjabat pada bulan depan. Tarif yang diusulkannya untuk impor minyak dari Kanada dan Meksiko, ditambah dengan rencana untuk memperketat sanksi terhadap Iran, berpotensi mengubah lanskap energi global.
Di tengah situasi tersebut, dalam basis tahunan, harga minyak membukukan kinerja negatif, di mana pergerakan harganya sejak bulan Oktober cenderung mendatar. Beragamnya sentimen – termasuk meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah dan kekhawatiran terhadap prospek permintaan dari China – kian berkontribusi terhadap situasi tersebut.
