BerandaIstilahBird In Hand

Bird In Hand

Bird in hand adalah teori yang menyatakan bahwa investor lebih memilih dividen dari investasi saham daripada potensi keuntungan modal karena ketidakpastian yang melekat pada keuntungan modal. Berdasarkan pepatah, “seekor Bird In Hand bernilai dua di semak-semak,” teori Bird In Hand menyatakan bahwa investor lebih memilih kepastian pembayaran dividen daripada kemungkinan keuntungan modal yang jauh lebih tinggi di masa depan.

Memahami Bird in Hand

Myron Gordon dan John Lintner mengembangkan teori bird-in-hand sebagai tandingan dari teori ketidakrelevanan dividen Modigliani-Miller. Teori ketidakrelevanan dividen menyatakan bahwa investor tidak peduli apakah imbal hasil yang diperoleh dari kepemilikan saham berasal dari dividen atau capital gain. Menurut teori bird-in-hand, saham dengan pembayaran dividen yang tinggi dicari oleh investor dan, akibatnya, memiliki harga pasar yang lebih tinggi.

Investasi Saham di Tangan vs Investasi Keuntungan Modal

Berinvestasi dalam capital gain terutama didasarkan pada dugaan. Seorang investor dapat memperoleh keuntungan dari capital gain dengan melakukan riset ekstensif mengenai perusahaan, pasar, dan ekonomi makro. Namun, pada akhirnya, kinerja saham bergantung pada sejumlah faktor yang berada di luar kendali investor. Karena alasan ini, investasi capital gain merupakan sisi “dua sisi mata uang” dari pepatah tersebut. Investor mengejar capital gain karena ada kemungkinan keuntungan tersebut besar, namun ada kemungkinan juga bahwa capital gain tidak ada atau, lebih buruk lagi, negatif. Indeks pasar saham yang luas seperti Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Standard & Poor’s (S&P) 500 memiliki rata-rata imbal hasil tahunan hingga 10% dalam jangka panjang. Menemukan dividen setinggi itu sulit. Bahkan saham-saham di industri yang terkenal dengan dividen tinggi, seperti utilitas dan telekomunikasi, cenderung mencapai 5%. Namun, jika sebuah perusahaan telah membayar hasil dividen, misalnya, 5% selama bertahun-tahun, menerima hasil tersebut pada tahun tertentu lebih mungkin daripada mendapatkan 10% dalam bentuk capital gain. Selama tahun-tahun seperti 2001 dan 2008, indeks pasar saham secara luas membukukan kerugian besar, meskipun trennya naik dalam jangka panjang. Pada tahun-tahun yang sama, pendapatan dividen lebih dapat diandalkan dan aman; oleh karena itu, tahun-tahun yang lebih stabil ini dikaitkan dengan teori bird-in-hand.

Kerugian dari Teori Bird In Hand

Investor legendaris Warren Buffett pernah berpendapat bahwa dalam hal investasi, sesuatu yang nyaman jarang sekali menguntungkan. Investasi dividen sebesar 5% per tahun memberikan imbal hasil dan keamanan yang hampir terjamin. Namun, dalam jangka panjang, investor dividen murni menghasilkan uang yang jauh lebih sedikit daripada investor capital gain murni. Selain itu, selama beberapa tahun, seperti pada akhir 1970-an, pendapatan dividen, meskipun aman dan nyaman, tidak mencukupi untuk mengimbangi inflasi.

Contoh Bird In Hand

Sebagai saham yang membayar dividen, Coca-Cola (KO) adalah saham yang cocok dengan strategi investasi berbasis teori bird-in-hand. Menurut Coca-Cola, perusahaan ini mulai membayar dividen kuartalan secara teratur mulai tahun 1920-an. Selanjutnya, perusahaan telah meningkatkan pembayaran ini setiap tahun sejak 1964.

Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya

Baca Juga