Apa itu Gold Bug?
Istilah “gold bug” adalah ungkapan yang digunakan untuk merujuk pada investor yang bullish terhadap emas/gold. Gold bug mempromosikan investasi emas dan umumnya percaya bahwa daya beli mata uang fiat akan menurun karena inflasi, kebijakan moneter yang ekspansif, dan meningkatnya utang nasional.
Memahami Gold Bug
Sebagian besar investor emas percaya bahwa harga emas akan naik jika nilai mata uang fiat, seperti Dolar AS (USD), turun. Investor yang pesimis terhadap prospek jangka panjang USD dapat memilih emas. Istilah “gold bug” tidak memiliki konotasi positif atau negatif; istilah ini mengacu pada investor yang yakin bahwa emas akan naik nilainya.
Strategi Gold Bug
Gold bugs melihat penurunan kesehatan fiskal sebagai tanda bahwa pemerintah AS akan merespons kenaikan beban utang dengan mendevaluasi USD secara efektif. Jika pemerintah gagal membayar utang nasional karena gagal menaikkan pagu utang, nilai USD akan menurun di pasar pertukaran mata uang internasional. Harga barang-barang impor akan naik bagi konsumen AS.
Sebagai alternatif, kebijakan moneter ekspansif dapat menyebabkan inflasi meningkat. Strategi ini dapat berdampak negatif pada kekayaan dan daya beli investor dan warga negara yang tabungannya terdiri dari aset dalam mata uang USD. Bagi para gold bug, berinvestasi emas dapat menjadi cara yang menarik untuk melakukan lindung nilai terhadap risiko-risiko ini dan mendapatkan keuntungan dari potensi devaluasi USD.
Contoh Gold Bug
Para gold bugs berpendapat bahwa sistem mata uang fiat memungkinkan pemerintah untuk terlibat dalam perilaku fiskal yang gegabah seperti mengandalkan pinjaman pemerintah yang kronis untuk membiayai defisit anggaran yang terus-menerus.
Pada tahun 2022, Amerika Serikat mengalami defisit anggaran sebesar $1,38 triliun. Amerika Serikat telah mengalami surplus anggaran akhir tahun fiskal, di mana pendapatan melebihi pengeluaran, hanya lima kali dalam 50 tahun terakhir. Utang nasional meledak dari sekitar 40% produk domestik bruto (PDB) pada tahun 1966 menjadi lebih dari 100% PDB pada tahun 2022.
Harga emas kemudian meningkat di bagian akhir tahun 2022. Harga emas berubah berdasarkan penawaran, permintaan, dan perilaku investor. Ketika investor memilih emas dan melakukan lindung nilai terhadap inflasi, mereka menaikkan harga emas. Selain nilai USD dan volatilitas pasar, faktor-faktor yang memengaruhi harga emas termasuk produksi emas, permintaan perhiasan, dan cadangan emas.
Saat terjadi perlambatan ekonomi, investor mencari peluang investasi yang aman. Selama periode ini, uang kertas kehilangan nilainya karena lebih banyak dicetak, dan pasokan emas tetap konstan. Karena harga emas sering kali naik saat kondisi ekonomi memburuk, emas dipandang sebagai pilihan yang aman untuk mendiversifikasi portofolio.