Apa itu Happiness Economics?
Happiness economics adalah studi akademis formal mengenai hubungan antara kepuasan individu dan isu-isu ekonomi seperti pekerjaan dan kekayaan.
Memahami Happiness Economics
Ketika ekonomi standar bergantung pada pengukuran pendapatan dan konsumsi atau perilaku lain yang diamati untuk menunjukkan konsep utilitas yang tak terukur, atau kepuasan keinginan dan kebutuhan material, happiness economics menggunakan survei dan metode terkait untuk membuat orang mengungkapkan tingkat kepuasan mereka secara langsung. Happiness economics menggunakan analisis ekonometrik untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan atau menurunkan kesejahteraan dan kualitas hidup manusia.
Happiness economics adalah cabang penelitian yang relatif baru. Ekonomi arus utama telah lama mengandalkan konsep utilitas, kenikmatan yang dialami orang dari kepuasan keinginan dan kebutuhan. Namun, karena pengalaman subjektif, pengalaman internal kebahagiaan, kegembiraan, atau ketidaknyamanan yang dirasakan tidak dapat secara langsung diamati atau diukur oleh pengamat eksternal, para ekonom mengandalkan pengamatan tindakan orang untuk mengungkapkan apa yang memberikan utilitas.
Untuk mengukur utilitas ini, para ekonom menggunakan berbagai proksi yang dapat diamati, sebagian besar harga pasar dalam bentuk uang, untuk menunjukkan seberapa besar utilitas yang dirasakan orang dari berbagai barang atau aktivitas ekonomi. Ide dasarnya adalah bahwa mengukur jumlah uang yang bersedia dibayar atau diterima oleh orang-orang untuk berbagai barang dan jasa di pasar menunjukkan jumlah utilitas yang mereka harapkan dari barang-barang tersebut. Ini juga berarti bahwa para ekonom sering menggunakan indikator seperti pendapatan atau konsumsi total seseorang untuk menunjukkan utilitas total mereka.
Happiness economics adalah sebuah upaya untuk mengatasi kekurangan tertentu dari pendekatan tradisional ini dengan mencoba mengukur utilitas, atau kebahagiaan, secara lebih langsung. Salah satu kelemahan utama dari teori utilitas tradisional adalah karena teori ini bergantung pada harga, jumlah, dan pendapatan pasar yang teramati, teori ini tidak dapat menjelaskan kenikmatan yang diterima orang dari barang, jasa, aktivitas, atau fasilitas yang terjadi di luar pasar.
Ini berarti bahwa dampak terhadap kebahagiaan manusia dari apa pun yang tidak atau tidak dapat diperdagangkan di pasar akan sulit atau bahkan tidak mungkin diukur. Pendekatan ini juga mengasumsikan bahwa harga dan kuantitas pasar yang diamati menangkap nilai penuh dari barang dan jasa yang diperdagangkan di pasar, yang mungkin tidak selalu demikian. Mereka yang mempelajari happiness economics berpendapat bahwa sangat penting untuk memeriksa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, di luar bidang-bidang studi ekonomi yang umum seperti pendapatan dan kekayaan.
Happiness economics berusaha mengatasi masalah-masalah ini terutama dengan meminta orang mengisi survei yang secara langsung meminta orang untuk memberi peringkat atau nilai kebahagiaan yang mereka terima atau untuk mengungkapkan seberapa besar mereka bersedia membayar atau menerima hal-hal yang tidak memiliki harga pasar secara eksplisit. Mereka juga menganalisis indeks yang melacak kualitas hidup di berbagai negara, dengan fokus pada faktor-faktor seperti akses ke layanan kesehatan, harapan hidup, tingkat melek huruf, kebebasan politik, produk domestik bruto (PDB) per kapita, biaya hidup, dukungan sosial, dan tingkat polusi.
Indeks Happiness Economics
Selama sekitar 30 tahun terakhir, sejumlah metrik happiness economics telah muncul. Yang umum termasuk Kebahagiaan Nasional Bruto (GNH) dan indeks kebahagiaan yang bertujuan untuk melacak kesejahteraan orang-orang yang tinggal di beberapa negara di dunia.
Menurut laporan Kebahagiaan Dunia 2023, negara-negara yang paling bahagia adalah:
- Finlandia
- Denmark
- Islandia
- Israel
- Belanda
- Swedia
- Norwegia
- Swiss
- Luksemburg
- Selandia Baru
Eropa, rumah bagi sebagian besar negara yang menduduki peringkat teratas dalam daftar 2023, secara khusus terlibat dalam ekonomi kebahagiaan. Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) di kawasan ini mengumpulkan data tentang happiness economics dan membuat peringkat negara-negara anggotanya berdasarkan faktor-faktor seperti perumahan, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, lingkungan, keterlibatan masyarakat, dan kesehatan.
Kritik terhadap Happiness Economics
Happiness economics memiliki beberapa masalah utama dalam hal teori, metode, dan aplikasi. Para ekonom secara tradisional menghindari metode penelitian survei karena tidak dapat diandalkan. Survei dikenal rentan terhadap berbagai bias. Salah satunya, responden dapat menjawab survei sesuka hati mereka, tanpa konsekuensi atau trade-off yang sebenarnya, yang sering kali mengarah pada hasil yang paradoks.
Contoh klasik dari hal ini adalah bahwa responden survei akan secara rutin menjawab bahwa mereka mendukung peningkatan total pengeluaran layanan publik dan juga akan menjawab bahwa mereka menentang kenaikan pajak untuk membiayai peningkatan pengeluaran tersebut. Dengan mengukur utilitas melalui fenomena pasar yang teramati, di mana orang memiliki peran nyata dalam permainan dan harus mengakui kelangkaan dan melakukan pertukaran, pendekatan ekonomi tradisional menghindari masalah seperti ini.
Hasil penelitian happiness economics sering kali dianggap berlebihan atau duplikasi dari sekadar mengukur kesejahteraan manusia dengan menggunakan ukuran yang lebih obyektif seperti pendapatan, PDB per kapita, atau pengamatan langsung terhadap kualitas institusi ekonomi. Penelitian tentang happiness economics secara umum menemukan bahwa orang-orang di negara-negara yang lebih kaya dengan institusi berkualitas tinggi cenderung lebih bahagia daripada orang-orang di negara-negara dengan kekayaan yang lebih sedikit dan institusi yang lebih buruk. Perbandingan sederhana antara kepuasan hidup yang dilaporkan sendiri dan PDB riil per kapita menunjukkan korelasi positif yang kuat dan konsisten dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan bahwa hanya dengan mengacu pada PDB per kapita sudah dapat mengukur kebahagiaan, dan upaya untuk mengukur kebahagiaan secara langsung hanya membuang-buang waktu.
Kritik-kritik ini dan kritik-kritik lainnya membuat banyak ahli ekonomi melihat happiness economics sebagai cara yang lebih rendah dalam mengukur kesejahteraan manusia dibandingkan dengan metode-metode yang sudah ada.