Apa itu Hard Call Protection?
Hard call protection, atau perlindungan panggilan mutlak, adalah ketentuan dalam obligasi yang dapat dipanggil di mana penerbit tidak dapat melakukan panggilan dan menebus obligasi sebelum tanggal yang ditentukan, biasanya tiga hingga lima tahun dari tanggal penerbitan.
Memahami Hard Call Protection
Investor yang membeli obligasi akan mendapatkan bunga (tingkat kupon) selama masa obligasi. Ketika obligasi jatuh tempo, pemegang obligasi akan menerima kembali nilai pokok obligasi yang setara dengan nilai nominal obligasi. Suku bunga dan harga obligasi memiliki hubungan terbalik-ketika harga obligasi turun, maka imbal hasil akan naik, dan sebaliknya. Pemegang obligasi lebih suka berinvestasi pada obligasi dengan suku bunga lebih tinggi, karena ini berarti pembayaran pendapatan bunga yang tinggi, sedangkan penerbit obligasi lebih suka menjual obligasi dengan suku bunga lebih rendah untuk mengurangi biaya pinjaman.
Dengan demikian, ketika suku bunga turun, penerbit obligasi akan melunasi obligasi yang ada sebelum jatuh tempo dan mendanai kembali utang tersebut dengan bunga yang lebih rendah sesuai dengan kondisi ekonomi. Obligasi yang dilunasi sebelum jatuh tempo tidak lagi membayar bunga, sehingga memaksa investor untuk mencari pendapatan bunga pada investasi lain, biasanya dengan tingkat bunga yang lebih rendah (risiko reinvestasi). Untuk melindungi pemegang obligasi yang dapat dipanggil agar tidak melunasi obligasi mereka terlalu dini, sebagian besar perjanjian perwaliamanatan menyertakan perlindungan hard call.
Hard call protection adalah periode waktu di mana penerbit tidak dapat “memanggil” obligasinya. Obligasi korporasi dan obligasi kota yang dapat dipanggil biasanya memiliki perlindungan panggilan selama sepuluh tahun, sementara proteksi atas utang utilitas sering kali dibatasi hingga lima tahun. Sebagai contoh, pertimbangkan obligasi yang diterbitkan dengan jangka waktu 15 tahun hingga jatuh tempo dan perlindungan panggilan selama lima tahun. Ini berarti bahwa selama lima tahun pertama masa berlaku obligasi, terlepas dari pergerakan suku bunga, penerbit obligasi tidak dapat menebus obligasi tersebut dengan membayar saldo pokok obligasi. Perlindungan hard call berfungsi sebagai pemanis karena menjamin investor akan menerima imbal hasil yang disebutkan selama lima tahun sebelum obligasi “bebas” untuk dicairkan.
Karena investor mengambil risiko obligasi dipanggil sebelum jatuh tempo, pialang biasanya akan memberikan angka imbal hasil terhadap hard call serta imbal hasil terhadap jatuh tempo saat obligasi yang dapat dipanggil dibeli. Investor harus mendasarkan keputusannya pada angka yang lebih rendah dari kedua imbal hasil tersebut, yang biasanya merupakan imbal hasil hingga tanggal hard call.
Setelah periode hard call protection berakhir, obligasi dapat terus dilindungi sebagian oleh soft call protection. Fitur ini mensyaratkan kondisi tertentu sebelum obligasi dapat dipanggil. Soft call protection biasanya berupa premi yang harus dibayarkan oleh penerbit untuk membeli kembali obligasi sebelum jatuh tempo. Sebagai contoh, penerbit mungkin diminta untuk membayar investor persentase di atas nilai nominal penuh (katakanlah 105%) dari obligasi pada tanggal panggilan pertama. Ketentuan soft call juga dapat menetapkan bahwa penerbit tidak dapat memanggil obligasi yang diperdagangkan di atas harga penerbitannya. Dalam kasus obligasi yang dapat dikonversi, soft call protection akan mencegah penerbit untuk memanggil obligasi hingga harga saham yang mendasari naik ke persentase tertentu di atas harga konversi.
Obligasi yang dapat dipanggil memberikan imbal hasil yang lebih tinggi karena adanya risiko bahwa penerbit akan menebus obligasi tersebut sebelum jatuh tempo. Surat utang ritel adalah contoh jenis obligasi yang umumnya mencakup hard call protection.