Harga minyak mentah WTI turun ke sekitar level $69.6 per barel di tengah adanya ketidakpastian seputar prospek ekonomi pada tahun 2025. Perhatian para investor tertuju pada kebijakan ekonomi terbaru China, di mana para pejabat dilaporkan dapat lebih fleksibel dalam memanfaatkan obligasi pemerintah guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Di saat yang sama, para trader terus menilai dampak dari kebijakan Presiden Donald Trump terhadap pasar energi global, di samping adanya pelonggaran kebijakan pengurangan produksi secara bertahap oleh OPEC+. Sementara itu, Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2024 dan 2025, seraya memperingatkan bahwa kurangnya optimisme dan adanya hambatan di sektor properti berpotensi menghambat pemulihan ekonomi.
Di tempat terpisah, sejumlah laporan menyoroti adanya perubahan di antara perusahaan-perusahaan energi besar, yang memprioritaskan proyek-proyek minyak dan gas daripada investasi energi terbarukan guna mendapatkan keuntungan jangka pendek. Tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2025.
Terlepas dari situasi tersebut, dalam basis tahunan, harga minyak telah turun hampir 3%, di mana harganya cenderung stagnan sejak pertengahan Oktober.