Harga emas bertahan di atas level $2600 per troy ons setelah sempat turun dua hari berturut-turut. Selama sepekan terakhir, harga emas cenderung bergerak sideways lantaran investor tengah menantikan katalis baru.
Para trader akan mencermati perkembangan ekonomi AS, termasuk potensi kebijakan tarif Presiden AS terpilih Donald Trump dan prospek kebijakan moneter Federal Reserve. Data tenaga kerja AS yang positif dan masih tingginya tingkat inflasi telah mempengaruhi Federal Open Market Committee (FOMC) untuk mengindikasikan penurunan suku bunga yang lebih sedikit pada tahun depan.
Terlepas dari penurunan harga emas baru-baru ini, harga emas telah naik sekitar 27% sepanjang perdagangan tahun ini – kenaikan tertinggi sejak tahun 2010. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah memanasnya tensi geopolitik, termasuk konflik di Ukraina, Gaza, dan Lebanon, serta serangan rudal dari Iran.
Kenaikan harga emas juga dipicu oleh adanya aksi beli yang dilakukan oleh bank sentral, terutama oleh People’s Bank of China (PBoC).
Pada tahun depan, fokus para investor akan tetap tertuju pada data ekonomi dan perkembangan geopolitik yang berpotensi mempengaruhi harga emas pada tahun 2025.