Harga minyak mentah WTI bertahan di sekitar level $59,7 per barel di tengah kembali memanasnya tensi geopolitik.
Tensi geopolitik memanas setelah Presiden Donald Trump memberi sinyal bahwa tindakan terhadap Venezuela “segera dilakukan”. Analis dari Rystad Energy memperingatkan, setiap eskalasi berpotensi mengganggu produksi minyak Venezuela yang mencapai 1,1 juta barel per hari.
Di sisi lain, ekspektasi atas pulihnya pasokan minyak dari Rusia juga meredup. Pembicaraan damai terkait perang di Ukraina sejauh ini tidak menunjukkan kemajuan berarti. Sementara itu, Ukraina terus melancarkan serangan ke infrastruktur energi Rusia.
Harga minyak juga ditopang oleh menguatnya ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. Jika terwujud, kebijakan itu berpotensi memacu aktivitas ekonomi dan mendongkrak permintaan minyak.
Meski demikian, harga minyak masih dibayangi sejumlah sentimen negatif. Kekhawatiran atas melemahnya permintaan dan kemungkinan terjadinya surplus pasokan terus membayangi. Di tengah kekhawatiran tersebut, Arab Saudi menurunkan harga jual Arab Light untuk pasar Asia pada bulan Januari ke level terendah lima tahun. Kanada juga menghadapi tekanan serup, di mana harga minyaknya anjlok ke titik terendah sejak bulan Maret.


