Dolar Australia melemah ke sekitar level $0.685 seiring menguatnya mata uang Dolar AS, terlebih setelah data ADP Non-Farm Employment Change yang lebih baik dari perkiraan bertentangan dengan spekulasi dovish atas kebijakan moneter Federal Reserve.
Memanasnya tensi konflik di wilayah Timur Tengah pasca Iran melancarkan serangan rudal ke Israel juga terus membebani mata uang berisiko seperti Aussie.
Meskipun demikian, Aussie sejauh ini ditopang oleh ekspektasi bahwa Reserve Bank of Australia (RBA) akan mulai memangkas suku bunganya lebih lambat dari negara-negara lain.
Para investor saat ini memperkirakan peluang RBA menurunkan suku bunganya pada bulan Desember adalah sekitar 72%. Di saat yang sama, beberapa investor juga memperkirakan RBA akan mempertahankan kebijakan moneternya saat ini hingga awal tahun 2025 jika tingkat inflasi inti tetap tinggi.
Dari sisi data, sebuah data terbaru mengungkapkan bahwa aktivitas bisnis di Australia pada bulan September mengalami kontraksi di tengah adanya pelemahan pada sektor manufaktur.
