Harga minyak mentah WTI rebound ke sekitar level $68.2 per barel di tengah memanasnya tensi geopolitik di wilayah Timur Tengah dan adanya janji dari China untuk mengucurkan lebih banyak stimulus.
Pada hari Senin, Perdana Menteri Suriah yang digulingkan setuju untuk mengalihkan kekuasaan kepada Pemerintah Penyelamat yang dipimpin oleh pemberontak, khususnya setelah para pemberontak berhasil merebut ibukota. Runtuhnya rezim Assad yang telah lama berkuasa di Suriah menimbulkan risiko geopolitik baru di wilayah tersebut, sehingga mendongkrak harga minyak.
Turut mendongkrak harga minyak, China mengumumkan rencana untuk menerapkan kebijakan fiskal yang lebih proaktif dan akan melakukan pelonggaran kebijakan moneter guna menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Hal ini meningkatkan optimisme atas prospek permintaan minyak dari importir minyak mentah terbesar di dunia tersebut.
Sementara itu, fokus para investor ke depan akan tertuju pada rilis data inflasi AS pada akhir pekan ini, untuk mencari petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan moneter Federal Reserve berikutnya.