Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) bertahan di sekitar level $65 per barel, setelah sempat mencatatkan kenaikan pada perdagangan hari sebelumnya. Para investor sejauh ini terus bersikap hati-hati menjelang pengumuman kebijakan produksi terbaru dari OPEC+.
Kelompok produsen minyak tersebut diperkirakan akan menaikkan produksi minyaknya sebesar 411,000 barel per hari (bph) mulai bulan Agustus, sehingga total kenaikan produksi minyaknya sepanjang tahun 2025 akan mencapai 1.78 juta bph – setara dengan lebih dari 1.5% dari total permintaan minyak global. Langkah ini dipandang sebagai sanksi bagi negara-negara yang memproduksi minyak lebih tinggi dari kuota, sekaligus upaya Arab Saudi untuk merebut kembali pangsa pasarnya dari produsen minyak serpih (shale oil) Amerika Serikat dan negara lain.
Sementara itu, sebuah data mengungkapkan bahwa persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu mengalami kenaikan. Menurut data dari American Petroleum Institute (API), persediaan minyak mentah AS naik 680,000 barel, setelah sempat turun selama empat minggu berturut-turut, dan bertentangan dengan perkiraan turun sebesar 2.26 juta barel.
Di sisi lain, tensi geopolitik relatif mereda pasca Israel dan Iran sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Namun, adanya ketidakpastian seputar potensi tarif baru dari Amerika Serikat setelah batas waktu 9 Juli terus membayangi prospek ekonomi global dan menekan harga minyak.