Harga minyak mentah WTI naik ke sekitar level $69.8 per barel setelah data Personal Consumption Expenditures (PCE) AS yang lebih rendah dari perkiraan kembali memperkuat spekulasi seputar penurunan suku bunga AS pada tahun depan.
Pada pekan lalu, harga minyak sempat turun lebih dari 2% setelah Federal Reserve mengindikasikan akan menurunkan suku bunganya dengan laju yang lebih lambat pada tahun 2025. Alhasil, hal tersebut menimbulkan kekhawatiran seputar prospek pertumbuhan ekonomi sekaligus konsumsi minyak global.
Harga minyak juga tertekan oleh adanya ketidakpastian seputar prospek ekonomi China, yang merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia. Mengecewakannya data penjualan ritel China dan pernyataan Sinopec bahwa konsumsi minyak China akan mencapai puncaknya pada tahun 2027 meningkatkan kekhawatiran atas prospek permintaan minyak di masa mendatang.
Sementara itu, kekhawatiran terhadap potensi terjadinya perang dagang antara AS dan Uni Eropa kembali mencuat. Presiden AS terpilih Donald Trump baru-baru ini memperingatkan akan memberlakukan tarif pada Uni Eropa jika mereka tidak meningkatkan pembelian minyak dan gas dari AS secara signifikan.
