BerandaIstilahAnchoring dan Adjustment

Anchoring dan Adjustment

Apa itu Anchoring dan Adjustment?

Anchoring dan adjustment adalah fenomena di mana seseorang mendasarkan ide dan respons awal mereka pada satu poin informasi dan membuat perubahan yang didorong oleh poin awal tersebut. Teori anchoring dan adjustment menjelaskan kasus-kasus di mana seseorang menggunakan angka atau nilai target tertentu sebagai titik awal, yang dikenal sebagai anchor/jangkar, dan kemudian melakukan adjustment/menyesuaikan informasi itu dari waktu ke waktu hingga mencapai nilai yang dapat diterima. Sering kali, adjustment tersebut tidak memadai dan tetap terlalu dekat dengan anchor asli, yang kemudian bisa jadi masalah ketika anchor tersebut sangat berbeda dari jawaban yang sebenarnya.

Memahami Anchoring dan Adjustment

Anchoring adalah bias kognitif yang didefinisikan dalam behavioral finance, yakni ketika individu terpaku pada angka atau nilai target–biasanya, yang pertama mereka dapatkan, seperti harga yang diharapkan atau perkiraan ekonomi. Tidak seperti bias konservatisme, yang memiliki efek serupa tetapi didasarkan pada bagaimana investor menghubungkan informasi baru dengan informasi lama, anchoring terjadi ketika seseorang membuat keputusan baru berdasarkan angka anchor yang lama. Dengan memberikan informasi baru berupa pertimbangan yang menyeluruh untuk menentukan dampaknya pada perkiraan atau pendapat asli, dapat membantu mengurangi efek anchoring dan adjustment, tetapi ciri-ciri pengambil keputusan harus sama pentingnya dengan pertimbangan yang disadari.

Persoalan yang timbul dari anchoring dan adjustment adalah, jika nilai anchor awal bukanlah nilai yang sebenarnya, maka semua adjustment berikutnya akan secara sistematis bias ke arah anchor dan menjauh dari nilai yang sebenarnya. Namun, jika anchor dekat dengan nilai sebenarnya, maka sebenarnya tidak ada masalah.

Salah satu masalah dari adjustment (penyesuaian) adalah, ketika adjustment ini dipengaruhi oleh informasi yang tidak relevan, yang mungkin dipikirkan oleh individu dan menarik kesimpulan yang tidak berdasar ke nilai target yang sebenarnya. Sebagai contoh, misalkan seorang individu diperlihatkan angka acak, kemudian ditanyai pertanyaan yang tidak terkait yang mencari jawaban dalam bentuk nilai estimasi atau membutuhkan persamaan matematika untuk dilakukan dengan cepat. Meskipun angka acak yang ditunjukkan tidak ada hubungannya dengan jawaban yang dicari, angka itu mungkin dianggap sebagai isyarat visual dan menjadi anchor untuk respons mereka. Nilai anchor bisa dihasilkan sendiri, menjadi output dari model penetapan harga atau alat perkiraan, atau disarankan oleh individu luar.

Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa faktor dapat mempengaruhi anchoring, tetapi sulit untuk dihindari, bahkan ketika orang disadarkan tentang hal itu dan dengan sengaja mencoba untuk menghindarinya. Dalam studi eksperimental, peneliti memberi tahu orang-orang tentang anchoring, memperingatkan mereka bahwa hal itu bisa membiaskan penilaian mereka, dan bahkan menawarkan insentif uang kepada mereka untuk menghindari anchoring, namun tetap saja semua upaya itu tidak menghilangkan efek anchoring yang kemudian terjadi.

Level pengalaman dan keterampilan yang lebih tinggi dalam bidang tertentu dapat membantu mengurangi dampak anchoring dalam bidang subjek tersebut, dan kemampuan kognitif umum yang lebih tinggi dapat mengurangi efek anchoring secara umum. Kepribadian dan emosi juga bisa berperan. Suasana hati yang tertekan meningkatkan anchoring. Demikian juga anchoring bisa semakin menguat bagi individu dengan ciri-ciri kepribadian agreeableness, conscientiousness, introversi, dan keterbukaan.

Anchoring dan Adjustment dalam Bisnis dan Finansial 

Dalam negosiasi penjualan, harga, dan upah, anchoring dan adjustment bisa menjadi alat yang ampuh. Penelitian telah menunjukkan bahwa menetapkan anchor pada awal negosiasi dapat memiliki efek yang lebih besar pada hasil akhir daripada proses negosiasi yang mengintervensi. Menetapkan titik awal yang disengaja dapat mempengaruhi kisaran penawaran balik yang akan menjadi respon berikutnya.

Misalnya, seorang salesman mobil bekas (atau salesman mana pun) dapat menawarkan harga yang sangat tinggi untuk memulai negosiasi yang bisa dibilang jauh di atas nilai wajar. Karena harga yang tinggi merupakan anchor (jangkar), harga akhir akan cenderung lebih tinggi daripada jika salesman mobil menawarkan harga yang wajar atau rendah untuk memulai negosiasi. Teknik yang sama dapat diterapkan dalam negosiasi perekrutan ketika manajer perekrutan atau calon karyawan mengusulkan gaji awal. Kedua belah pihak kemudian dapat mendorong diskusi ke titik awal tersebut, dengan harapan untuk mencapai angka yang disepakati yang berasal dari anchor.

Di bidang keuangan, output dari model penetapan harga atau dari alat peramalan ekonomi dapat menjadi anchor bagi seorang analis. Salah satu cara yang memungkinkan untuk mengatasi hal ini adalah dengan melihat beberapa model atau untaian bukti yang beragam. Peneliti psikologi sosial Phillip Tetlock telah menemukan bahwa ahli prakiraan yang membuat prediksi berdasarkan banyak ide atau perspektif yang berbeda (ibarat seekor “rubah”) cenderung membuat perkiraan yang lebih baik daripada mereka yang hanya fokus pada satu model atau beberapa ide besar (ibarat seekor “landak”). Dengan mempertimbangkan beberapa model yang berbeda dan berbagai perkiraan yang berbeda dapat membuat pekerjaan analis tidak terlalu terpengaruh oleh efek anchoring.

Baca Artikel Lainnya

Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya