BerandaIstilahDebt-to-GDP Ratio

Debt-to-GDP Ratio

Debt-to-GDP Ratio adalah metrik yang membandingkan utang publik suatu negara dengan produk domestik bruto (PDB). Dengan membandingkan jumlah utang suatu negara dengan jumlah produksinya, Debt-to-GDP Ratio dapat mengindikasikan kemampuan negara tersebut untuk membayar utangnya. Seringkali dinyatakan dalam bentuk persentase, rasio ini juga dapat diartikan sebagai jumlah tahun yang dibutuhkan untuk membayar utang jika PDB didedikasikan sepenuhnya untuk pembayaran utang.

Rumus dan Perhitungan Debt-to-GDP Ratio

Debt-to-GDP Ratio dihitung dengan rumus berikut:

Sebuah negara yang mampu terus membayar bunga utangnya-tanpa melakukan pembiayaan kembali, dan tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi-secara umum dianggap stabil. Sebuah negara dengan Debt-to-GDP Ratio yang tinggi biasanya mengalami kesulitan melunasi utang eksternal (juga disebut utang publik), yang merupakan saldo utang kepada pemberi pinjaman dari luar. Dalam skenario seperti itu, kreditor cenderung mencari suku bunga yang lebih tinggi saat meminjamkan.

Yang Bisa Dikatakan oleh Debt-to-GDP Ratio

Ketika sebuah negara gagal membayar utang, hal ini sering kali memicu kepanikan finansial di pasar domestik dan internasional. Biasanya, semakin tinggi Debt-to-GDP Ratio suatu negara, semakin tinggi pula risiko gagal bayarnya. Meskipun pemerintah berusaha keras untuk menurunkan Debt-to-GDP Ratio mereka, hal ini sulit dicapai selama periode kerusuhan, seperti masa perang atau resesi ekonomi. Dalam iklim yang penuh tantangan seperti itu, pemerintah cenderung meningkatkan pinjaman untuk menstimulasi pertumbuhan dan meningkatkan permintaan agregat. Strategi makroekonomi ini dikaitkan dengan ekonomi Keynesian. Para ekonom yang menganut teori moneter modern (MMT) berpendapat bahwa negara-negara berdaulat yang mampu mencetak uang mereka sendiri tidak akan pernah bangkrut, karena mereka dapat dengan mudah memproduksi lebih banyak mata uang fiat untuk membayar utang; namun, aturan ini tidak berlaku untuk negara-negara yang tidak mengendalikan kebijakan moneter mereka, seperti negara-negara Uni Eropa (UE), yang harus bergantung pada Bank Sentral Eropa (ECB) untuk menerbitkan euro.

Debt-to-GDP Ratio yang Baik vs Buruk

Sebuah studi dari Bank Dunia menemukan bahwa negara-negara yang Debt-to-GDP Ratio-nya melebihi 77% dalam jangka waktu yang lama akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Intinya, setiap poin persentase utang di atas level ini menyebabkan negara-negara tersebut kehilangan 0,017 poin persentase pertumbuhan ekonomi. Fenomena ini bahkan lebih jelas terlihat di pasar negara berkembang, di mana setiap poin persentase tambahan utang di atas 64% per tahun memperlambat pertumbuhan sebesar 0,02%. AS memiliki Debt-to-GDP Ratio lebih dari 77% sejak kuartal pertama tahun 2009. Sebagai gambaran, Debt-to-GDP Ratio tertinggi AS sebelumnya adalah 106% pada akhir Perang Dunia II, yaitu pada tahun 1946. Tingkat utang secara bertahap turun dari puncaknya pasca-Perang Dunia II, sebelum mendatar antara 31% dan 40% pada tahun 1970-an – akhirnya mencapai titik terendah 23% pada tahun 1974. Rasio terus meningkat sejak tahun 1980 dan kemudian melonjak tajam setelah krisis perumahan subprime pada tahun 2007 dan krisis keuangan yang terjadi setelahnya. Rasio kemudian melonjak selama pandemi Covid-19 hingga mencapai titik tertinggi baru.

Pertimbangan Khusus

Pemerintah AS membiayai utangnya dengan menerbitkan U.S. Treasury, yang secara luas dianggap sebagai obligasi teraman di pasar. Negara-negara dan wilayah dengan 10 kepemilikan terbesar atas U.S. Treasury (per September 2023) adalah sebagai berikut:

  • Jepang: $1,1 triliun
  • Tiongkok, Tiongkok Daratan: $778,1 miliar
  • Inggris: $668,9 miliar
  • Luksemburg: $373,6 miliar
  • Belgia: $317,0 miliar
  • Kepulauan Cayman: $ 314,8 miliar
  • Irlandia: $295,0 miliar
  • Kanada: $280,5 miliar
  • Taiwan: $236,3 miliar
  • India: $229,1 miliar

Kesimpulan

Debt-to-GDP Ratio adalah sebuah metrik yang membantu memahami kemampuan sebuah negara untuk membayar kembali utang-utangnya. Secara umum, Debt-to-GDP Ratio yang lebih rendah adalah ideal, karena ini menandakan bahwa sebuah negara menghasilkan lebih banyak daripada utangnya, dan menempatkannya pada pijakan keuangan yang kuat.

Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya

Artikel Terbaru