BerandaIstilahEBITDA-To-Sales Ratio

EBITDA-To-Sales Ratio

EBITDA-To-Sales Ratio, juga dikenal sebagai margin EBITDA, adalah metrik keuangan yang digunakan untuk menilai profitabilitas perusahaan dengan membandingkan pendapatan kotor dengan pendapatannya. Lebih khusus lagi, karena EBITDA sendiri sebagian berasal dari pendapatan, metrik ini menunjukkan persentase sisa pendapatan perusahaan setelah biaya operasional. Nilai yang lebih tinggi menunjukkan perusahaan mampu menghasilkan laba lebih efisien dengan menekan biaya tetap rendah.

Rumus EBITDA-To-Sales Ratio

Cara Menghitung EBITDA-To-Sales Ratio

EBITDA adalah singkatan dari “laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.” Oleh karena itu, dihitung dengan menambahkan kembali item-item baris ini ke laba bersih, dan termasuk biaya operasional seperti harga pokok penjualan (COGS) dan biaya penjualan, umum, dan administrasi (SG&A).

Oleh karena itu, rasio EBITDA/penjualan dapat berfokus pada dampak biaya operasional langsung tanpa memperhitungkan pengaruh struktur modal perusahaan, paparan pajak, dan kebiasaan akuntansi.

Yang Diberitahukan oleh EBITDA-To-Sales Ratio

Tujuan EBITDA adalah untuk melaporkan laba dengan mengecualikan biaya-biaya tertentu yang dianggap tidak terkendali. EBITDA memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai efisiensi operasional suatu organisasi hanya berdasarkan biaya yang dapat dikendalikan oleh manajemen.

EBITDA-To-Sales Ratio membagi EBITDA dengan penjualan bersih perusahaan. Rasio yang sama dengan 1 menyiratkan bahwa suatu perusahaan tidak memiliki bunga, pajak, depresiasi, atau amortisasi. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa perhitungan EBITDA-To-Sales Ratio suatu perusahaan akan kurang dari 1 karena biaya-biaya tersebut dikurangi pada pembilangnya. Akibatnya, EBITDA-To-Sales Ratio tidak boleh menghasilkan nilai yang lebih besar dari 1. Nilai yang lebih besar dari 1 merupakan indikator kesalahan perhitungan. Namun, EBITDA-To-Sales Ratio yang baik adalah angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan sejenis.

EBITDA terhadap penjualan dapat ditafsirkan sebagai pengukuran likuiditas, karena perbandingan dibuat antara total pendapatan yang diperoleh dan sisa laba bersih sebelum pengeluaran tertentu, yang menunjukkan jumlah total yang diharapkan diterima perusahaan setelah biaya operasional dibayar. Meskipun ini bukan pengertian sebenarnya dari konsep likuiditas, perhitungannya tetap menunjukkan betapa mudahnya suatu bisnis menutupi dan membayar biaya-biaya tertentu.

Keterbatasan EBITDA-To-Sales Ratio

EBITDA-To-Sales Ratio suatu perusahaan paling berguna ketika membandingkan perusahaan-perusahaan berukuran serupa dalam industri yang sama satu sama lain. Karena perusahaan yang berbeda memiliki struktur biaya yang berbeda antar industri, perhitungan EBITDA-To-Sales Ratio tidak akan memberikan banyak manfaat selama perbandingan jika digunakan untuk membandingkan industri dengan struktur biaya yang berbeda.

Misalnya, industri tertentu mungkin mendapatkan perpajakan yang lebih menguntungkan karena kredit dan pengurangan pajak. Industri-industri ini dikenakan angka pajak penghasilan yang lebih rendah dan penghitungan EBITDA-To-Sales Ratio yang lebih tinggi.

Aspek lain terkait kegunaan EBITDA-To-Sales Ratio menyangkut penggunaan metode penyusutan dan amortisasi. Karena perusahaan dapat memilih metode penyusutan yang berbeda, perhitungan EBITDA-To-Sales Ratio menghilangkan biaya penyusutan dari pertimbangan untuk meningkatkan konsistensi antar perusahaan. Terakhir, pengecualian bunga utang mempunyai kelemahan tersendiri ketika mengukur kinerja suatu perusahaan. Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi sebaiknya tidak diukur menggunakan EBITDA-To-Sales Ratio karena pembayaran bunga yang besar dan teratur harus dimasukkan dalam analisis keuangan perusahaan tersebut.

Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terbaru