Economic Forecasting adalah proses mencoba memprediksi kondisi perekonomian di masa depan dengan menggunakan kombinasi indikator-indikator penting dan banyak diikuti. Economic Forecasting melibatkan pembuatan model statistik dengan masukan dari beberapa variabel atau indikator utama, biasanya dalam upaya untuk menghasilkan tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di masa depan. Indikator ekonomi utama meliputi inflasi, suku bunga, produksi industri, kepercayaan konsumen, produktivitas pekerja, penjualan ritel, dan tingkat pengangguran.
Bagaimana Economic Forecasting Bekerja
Prakiraan ekonomi diarahkan untuk memprediksi tingkat pertumbuhan PDB triwulanan atau tahunan, angka makro tingkat atas yang menjadi dasar keputusan banyak dunia usaha dan pemerintah sehubungan dengan investasi, perekrutan, pengeluaran, dan kebijakan penting lainnya yang berdampak pada aktivitas ekonomi agregat.
Manajer bisnis mengandalkan perkiraan ekonomi, menggunakannya sebagai panduan untuk merencanakan aktivitas operasi di masa depan. Perusahaan sektor swasta mungkin memiliki ekonom internal yang fokus pada perkiraan yang paling berkaitan dengan bisnis spesifik mereka (misalnya, perusahaan pelayaran yang ingin mengetahui seberapa besar pertumbuhan PDB didorong oleh perdagangan.) Alternatifnya, mereka mungkin mengandalkan Wall Street atau akademisi. ekonom, mereka yang bekerja di lembaga think tank atau konsultan butik.
Memahami masa depan juga penting bagi pejabat pemerintah, sehingga dapat membantu mereka menentukan kebijakan fiskal dan moneter yang akan diterapkan. Ekonom yang dipekerjakan oleh pemerintah federal, negara bagian atau lokal memainkan peran penting dalam membantu pembuat kebijakan menetapkan parameter pengeluaran dan pajak.
Karena politik sangat partisan, banyak orang yang rasional memandang prakiraan ekonomi yang dibuat oleh pemerintah dengan sikap skeptis yang wajar. Contoh utamanya adalah asumsi perkiraan pertumbuhan PDB jangka panjang dalam Undang-Undang Pemotongan Pajak dan Ketenagakerjaan AS tahun 2017 yang memproyeksikan defisit fiskal yang jauh lebih kecil yang akan membebani generasi Amerika di masa depan—dengan implikasi drastis terhadap perekonomian—dibandingkan perkiraan ekonom independen.
Keterbatasan Economic Forecasting
Economic Forecasting sering kali digambarkan sebagai ilmu yang cacat. Banyak yang menduga bahwa para ekonom yang bekerja di Gedung Putih terpaksa mengikuti aturan tersebut, menghasilkan skenario yang tidak realistis dalam upaya untuk membenarkan undang-undang. Akankah perkiraan ekonomi pemerintah Federal yang bersifat mementingkan diri sendiri dan memiliki kelemahan akan akurat? Seperti perkiraan lainnya, waktu akan menjawabnya.
Tantangan dan aspek subjektif perilaku manusia dalam Economic Forecasting tidak hanya terbatas pada pemerintah saja. Ekonom sektor swasta, akademisi, dan bahkan Dewan Bank Sentral AS (Federal Reserve Board/FSB) telah mengeluarkan perkiraan ekonomi yang sangat melenceng. Tanyakan kepada Alan Greenspan, Ben Bernanke atau ekonom Wall Street atau menara gading yang mendapat kompensasi tinggi mengenai perkiraan PDB yang mereka hasilkan pada tahun 2006 untuk tahun 2007-2009—periode Resesi Hebat.
Para peramal ekonomi mempunyai sejarah lalai dalam meramalkan krisis. Menurut Prakash Loungani, asisten direktur dan manajer personalia dan anggaran senior di Dana Moneter Internasional (IMF), para ekonom gagal memprediksi 148 dari 150 resesi terakhir.
Loungani mengatakan ketidakmampuan untuk melihat penurunan yang akan terjadi mencerminkan tekanan pada para peramal cuaca untuk bersikap aman. Banyak orang, tambahnya, memilih untuk tidak menyimpang dari konsensus, mengingat bahwa proyeksi yang terlalu berani dapat merusak reputasi mereka dan berpotensi menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan.
Pertimbangan Khusus
Investor juga tidak boleh mengabaikan sifat subjektif dari perkiraan ekonomi. Prediksi sangat dipengaruhi oleh jenis teori ekonomi yang diyakini oleh peramal tersebut. Proyeksinya bisa sangat berbeda antara, misalnya, seorang ekonom yang percaya bahwa aktivitas bisnis ditentukan oleh jumlah uang beredar dan ekonom lain yang berpendapat bahwa pengeluaran pemerintah yang besar berdampak buruk bagi perekonomian.
Banyak kesimpulan yang tidak diperoleh dari analisis ekonomi yang obyektif. Sebaliknya, hal-hal tersebut biasanya dibentuk oleh keyakinan pribadi mengenai cara kerja perekonomian dan para pelakunya. Hal ini tentu berarti bahwa dampak kebijakan tertentu akan dinilai secara berbeda.
Sejarah Economic Forecasting
Economic Forecasting telah ada selama berabad-abad. Namun, Depresi Besar pada tahun 1930-an lah yang melahirkan tingkat analisis yang kita lihat sekarang. Setelah bencana tersebut, tanggung jawab yang lebih besar diberikan untuk memahami cara kerja perekonomian dan ke mana arahnya. Hal ini menyebabkan berkembangnya beragam statistik dan teknik analisis.