Grexit

Grexit, singkatan dari “Greek exit,” merujuk pada kemungkinan Yunani keluar dari zona Euro, dan kembali ke Drachma sebagai mata uang resminya, bukan Euro.

Memahami Grexit

Grexit mulai dikenal luas pada awal tahun 2012 dan tetap menjadi bahasa keuangan selama bertahun-tahun setelah itu. Banyak pakar, dan bahkan beberapa warga negara Yunani, melontarkan gagasan bahwa Yunani harus keluar dari zona euro sebagai solusi yang layak untuk krisis utang negara tersebut.

Meninggalkan euro dan mengembalikan drachma Yunani dianggap sebagai cara untuk memungkinkan Yunani pulih dari ambang kebangkrutan. Drachma yang didevaluasi dapat mendorong investasi luar negeri dan memungkinkan warga Eropa lainnya untuk mengunjungi Yunani dengan harga murah dengan membayar dalam mata uang euro yang lebih mahal. Dengan cara ini, para pendukung berpendapat bahwa ekonomi Yunani akan menderita dalam waktu dekat, tetapi pada akhirnya dapat pulih dengan bantuan yang jauh lebih sedikit dari negara-negara zona euro lainnya dan Dana Moneter Internasional (IMF), bahkan mungkin lebih cepat daripada melalui dana talangan zona euro.

Namun, para penentang berpendapat bahwa kembalinya drachma akan menyebabkan transisi ekonomi yang sangat sulit dan standar hidup yang jauh lebih rendah, yang dapat mengakibatkan lebih banyak kerusuhan sipil. Beberapa pihak di Eropa khawatir bahwa Grexit bahkan dapat menyebabkan Yunani merangkul kekuatan asing lain yang mungkin tidak sejalan dengan kepentingan zona euro.

Para penentang Grexit tampaknya menang, setidaknya pada tahun-tahun sejak Grexit memasuki pembahasan. Hingga tahun 2021, Yunani tetap berada di zona euro, dengan bantuan pinjaman talangan pada tahun 2010, 2012, dan 2015.1 Meskipun istilah Grexit tidak lagi menjadi berita utama, beberapa pihak berpendapat bahwa Grexit tetap menjadi kemungkinan yang akan terjadi. Yunani terus menarik investasi asing dan telah menerapkan banyak langkah penghematan.

Asal Mula Krisis Utang Yunani

Grexit mengacu pada masalah yang telah berlangsung puluhan tahun di Yunani, seperti utang pemerintah yang tinggi, penghindaran pajak, dan korupsi pemerintah. Yunani pertama kali bergabung dengan zona euro pada tahun 2001, tetapi pemerintahnya mengungkapkan hanya tiga tahun kemudian bahwa data ekonomi dipalsukan sehingga negara itu dapat masuk.

Ketika krisis keuangan global melanda, hal itu mengungkap banyak masalah struktural Yunani. Produk domestik bruto (PDB) Yunani menyusut sebesar 4,7% pada kuartal pertama tahun 2009, dan defisit membengkak hingga lebih dari 12% dari PDB.2 Negara itu kemudian mengalami serangkaian penurunan peringkat kredit yang berpuncak pada Standard & Poor menurunkan utang Yunani ke status sampah, yang menyebabkan imbal hasil obligasi negara itu melonjak, mencerminkan ketidakstabilan keuangan yang parah.

Penghematan dan Dana Talangan

Sebagai imbalan untuk menerima banyak dana talangan untuk menghindari kebangkrutan, Yunani harus menyetujui langkah-langkah penghematan. Putaran pertama penghematan pada tahun 2010 memangkas upah sektor publik, menaikkan usia pensiun minimum, dan menaikkan harga bahan bakar. Langkah-langkah selanjutnya selama tiga tahun berikutnya mengurangi gaji sektor publik lebih jauh, memangkas upah minimum Yunani, mengurangi pembayaran pensiun, memangkas pengeluaran pertahanan, dan menaikkan pajak. Akibatnya, pengangguran meningkat hingga hampir 28% pada musim gugur 2013, jauh lebih tinggi dari rata-rata 11% untuk seluruh Zona Euro.

Salah satu kritik terhadap dana talangan tersebut adalah bahwa sedikit uang yang digunakan untuk membantu warga Yunani secara langsung. Sebaliknya, sebagian besar uang tersebut telah melewati Yunani dan membantu membayar kembali pemegang utang Yunani, yang sebagian besar adalah bank-bank di negara-negara Eropa lainnya. Jerman, misalnya, telah menjadi kontributor terbesar untuk paket dana talangan Yunani, dan bank-banknya juga merupakan investor terbesar dalam obligasi Yunani.

Pemulihan Yunani

Ketidakpastian ekonomi dan keuangan di Yunani telah membaik secara nyata sejak hari-hari terburuk krisis. Pada bulan Agustus 2018, pejabat pemerintah mengumumkan bahwa negara tersebut telah berhasil keluar dari program talangan terakhirnya.1 Dengan berakhirnya program talangan tersebut, Yunani dapat mulai menjual obligasi 10 tahun pada tahun 2019 untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun. Peristiwa ini menandai tonggak sejarah dalam pemulihan ekonomi Yunani karena memungkinkan negara tersebut untuk mengumpulkan uang dan melanjutkan perjalanan panjangnya untuk mendapatkan kembali kedaulatan ekonomi.

Perekonomian tampaknya memasuki periode pemulihan yang sederhana dari masalah ekonomi yang signifikan pada tahun 2010-2016. Namun, seperti banyak negara lain, Yunani mengalami resesi yang dalam pada tahun 2020 sebagai akibat dari pandemi COVID-19 global. Sayangnya, hal ini menyebabkan peningkatan utang publik negara tersebut yang sudah sangat tinggi. Para ahli memperkirakan bahwa pemulihan penuh hanya dapat dilakukan setelah tahun 2021.

  • Tags
  • G
Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERBARU