Counterparty Risk adalah kemungkinan atau probabilitas bahwa salah satu pihak yang terlibat dalam suatu transaksi mungkin gagal memenuhi kewajiban kontraktualnya. Risiko counterparty dapat terjadi pada transaksi kredit, investasi, dan perdagangan.
Memahami Counterparty Risk
Berbagai tingkat Counterparty Risk ada dalam semua transaksi keuangan. Counterparty Risk juga dikenal sebagai risiko gagal bayar. Risiko gagal bayar adalah kemungkinan perusahaan atau individu tidak dapat melakukan pembayaran yang diperlukan atas kewajiban utangnya. Pemberi pinjaman dan investor terpapar risiko gagal bayar di hampir semua bentuk pemberian kredit. Risiko counterparty adalah risiko yang harus dipertimbangkan oleh kedua belah pihak ketika mengevaluasi kontrak.
Counterparty Risk dan Premi Risiko
Jika salah satu pihak memiliki risiko gagal bayar yang lebih tinggi, premi biasanya dilampirkan pada transaksi untuk memberikan kompensasi kepada pihak lain. Premi yang ditambahkan karena Counterparty Risk disebut premi risiko.
Dalam transaksi keuangan ritel dan komersial, laporan kredit sering kali digunakan oleh kreditur untuk menentukan risiko kredit pihak lawan. Skor kredit peminjam dianalisis dan dipantau untuk mengukur tingkat risiko kreditur. Skor kredit adalah nilai numerik dari kelayakan kredit individu atau perusahaan, yang didasarkan pada banyak variabel.
Skor kredit seseorang berkisar antara 300 hingga 850, dan semakin tinggi skornya, semakin dipercaya secara finansial seseorang dianggap oleh kreditur. Nilai numerik skor kredit tercantum di bawah ini:
– Sangat Baik: 750 ke atas
– Baik: 700 hingga 749
– Cukup 650 hingga 699
– Kurang: 550 hingga 649
– Buruk: 550 ke bawah
Banyak faktor yang memengaruhi skor kredit, termasuk riwayat pembayaran klien, jumlah total utang, lamanya riwayat kredit, dan pemanfaatan kredit, yang merupakan persentase dari total kredit peminjam yang tersedia yang saat ini digunakan. Nilai numerik dari skor kredit peminjam mencerminkan tingkat risiko rekanan bagi pemberi pinjaman atau kreditur. Seorang peminjam dengan nilai kredit 750 akan memiliki risiko counterparty yang rendah, sedangkan peminjam dengan nilai kredit 450 akan memiliki risiko counterparty yang tinggi.
Jika peminjam memiliki skor kredit yang rendah, kreditur kemungkinan akan membebankan suku bunga atau premi yang lebih tinggi karena risiko gagal bayar. Perusahaan kartu kredit, misalnya, membebankan suku bunga lebih dari 20% untuk mereka yang memiliki skor kredit rendah sementara mereka secara bersamaan menawarkan bunga 0% untuk pelanggan yang memiliki kredit yang sangat baik atau skor kredit yang tinggi. Jika peminjam menunggak pembayaran selama 60 hari atau lebih atau melebihi batas kredit kartu, perusahaan kartu kredit biasanya membebankan premi risiko atau tingkat penalti, yang dapat membuat suku bunga kartu lebih dari 29% per tahun.
Risiko Counterparty Investasi
Produk investasi finansial seperti saham, opsi, obligasi, dan derivatif memiliki risiko mitra pengimbang. Obligasi diperingkat oleh lembaga pemeringkat, seperti Moody’s dan Standard and Poor’s, dari AAA hingga status obligasi sampah untuk mengukur tingkat Counterparty Risk. Obligasi yang memiliki Counterparty Risk yang lebih tinggi memberikan imbal hasil yang lebih tinggi. Ketika risiko counterparty minimal, premi atau suku bunga akan rendah, seperti pada reksa dana pasar uang.
Contohnya, perusahaan yang menawarkan obligasi sampah akan memberikan imbal hasil yang tinggi sebagai kompensasi kepada investor atas risiko tambahan bahwa perusahaan tersebut dapat gagal memenuhi kewajibannya. Sebaliknya, obligasi Treasury AS memiliki risiko counterparty yang rendah dan oleh karena itu diberi peringkat yang lebih tinggi daripada utang perusahaan dan obligasi sampah. Namun, obligasi negara biasanya memberikan imbal hasil yang lebih rendah dibandingkan utang korporasi karena risiko gagal bayar yang lebih rendah.
Contoh-contoh Counterparty Risk
Ketika risiko counterparty salah perhitungan dan suatu pihak gagal bayar, kerugian yang ditimbulkan bisa sangat besar. Contohnya, gagal bayarnya begitu banyak surat utang beragunan (collateralized debt obligations/CDO) merupakan penyebab utama runtuhnya real estat di tahun 2008.
Risiko Subprime
KPR disekuritisasi menjadi CDO untuk investasi dan didukung oleh aset yang mendasarinya. Salah satu kelemahan utama dari CDO sebelum krisis ekonomi adalah bahwa CDO berisi hipotek subprime dan berkualitas rendah, tetapi CDO diberi peringkat yang sama tingginya dengan utang perusahaan.
Peringkat kredit yang tinggi untuk CDO memungkinkan mereka untuk menerima investasi institusional karena dana yang dibutuhkan untuk berinvestasi hanya pada utang dengan peringkat tinggi. Ketika para peminjam mulai gagal membayar cicilan hipotek, gelembung real estat meledak, membuat para investor, bank, dan perusahaan reasuransi menanggung kerugian besar. Lembaga-lembaga pemeringkat menerima banyak kesalahan atas keruntuhan tersebut, yang akhirnya menyebabkan kehancuran pasar keuangan yang mendefinisikan pasar bearish pada tahun 2007-2009.
AIG dan Risiko Asuransi
American International Group (AIG) menawarkan produk asuransi untuk real estat, bisnis, dan individu. Perusahaan ini membutuhkan dana talangan dari pemerintah AS selama krisis keuangan 2007-2009. Bagi mereka yang diasuransikan oleh AIG, mereka tiba-tiba menghadapi peningkatan risiko rekanan. Seperti disebutkan di atas, investor harus mempertimbangkan perusahaan yang menerbitkan obligasi, saham, atau polis asuransi untuk menilai tingkat Counterparty Risk.
Kesimpulan
Risiko counterparty ada di banyak jenis transaksi dan mengacu pada kemungkinan salah satu pihak gagal memenuhi kewajiban kontraktualnya dalam transaksi. Pemberi pinjaman dan investor masing-masing terpapar pada tingkat Counterparty Risk. Jika salah satu pihak memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi, pihak tersebut biasanya harus membayar premi risiko untuk mengkompensasi pihak lainnya.