BerandaIstilahGreen Marketing

Green Marketing

Apa itu Green Marketing?

Green marketing mengacu pada praktik pengembangan dan pengiklanan produk berdasarkan keberlanjutan lingkungan yang nyata atau yang dipersepsikan. 

Contoh green marketing termasuk mengiklankan pengurangan emisi yang terkait dengan proses produksi suatu produk, atau penggunaan bahan daur ulang pasca-konsumen untuk kemasan produk. Beberapa perusahaan juga dapat memasarkan diri mereka sebagai perusahaan yang peduli lingkungan dengan menyumbangkan sebagian dari hasil penjualan mereka untuk inisiatif lingkungan, seperti penanaman pohon.

Cara Kerja Green Marketing 

Green marketing adalah salah satu komponen dari gerakan yang lebih luas menuju praktik bisnis yang sadar sosial dan lingkungan. Semakin banyak konsumen yang mengharapkan perusahaan untuk menunjukkan komitmen mereka dalam meningkatkan operasi mereka bersama dengan berbagai kriteria lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Untuk itu, banyak perusahaan akan mendistribusikan pernyataan dampak sosial secara berkelanjutan, di mana mereka secara berkala melaporkan sendiri kemajuan mereka terhadap tujuan-tujuan ini.

Contoh umum dari peningkatan terkait ESG termasuk pengurangan emisi karbon yang terlibat dalam operasi perusahaan, pemeliharaan standar tenaga kerja yang tinggi baik di dalam negeri maupun di seluruh rantai pasokan internasional, dan program filantropi yang dirancang untuk mendukung masyarakat tempat perusahaan beroperasi. Meskipun green marketing secara khusus mengacu pada inisiatif lingkungan, upaya-upaya ini semakin banyak disajikan bersamaan dengan kebijakan sosial dan tata kelola perusahaan. 

Ketika kegiatan green marketing perusahaan tidak didukung oleh investasi atau perubahan operasional yang signifikan, maka perusahaan dapat dikritik karena dianggap melakukan iklan yang salah atau menyesatkan. Praktik ini juga terkadang disebut sebagai greenwashing, dan denda serta pemberitaan negatif yang ditimbulkannya bisa sangat besar. Sebagai contoh, pada tanggal 8 April 2022, Federal Trade Commission (FTC) membuat pengumuman publik bahwa mereka mengeluarkan denda sebesar $5,5 juta melalui Otoritas Pelanggaran Penalti untuk Kohl’s Inc ($2,5 juta) dan Walmart, Inc ($3 juta) karena klaim lingkungan mereka yang menipu tentang produk rayon. Ini merupakan denda perdata terbesar dalam sejarah FTC.

Contoh Green Marketing

Starbucks sering disebut-sebut sebagai pemimpin dalam praktik green marketing. Perusahaan ini telah berinvestasi besar-besaran dalam berbagai inisiatif sosial dan lingkungan dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai contoh, dalam laporan tahun 2018, Starbucks melaporkan bahwa mereka telah berkomitmen lebih dari 140 juta dolar AS untuk pengembangan sumber energi terbarukan. Perusahaan ini membeli energi terbarukan yang cukup untuk menggerakkan semua gerai yang dioperasikan perusahaan di seluruh Amerika Utara dan Inggris.

Demikian pula, perusahaan telah melakukan investasi dalam proyek-proyek berdampak sosial melalui inisiatif seperti Starbucks College Achievement Plan. Melalui proyek ini, banyak karyawan Starbucks yang berbasis di Amerika Serikat yang bekerja rata-rata lebih dari 20 jam per minggu memenuhi syarat untuk menerima uang kuliah yang dibayar penuh untuk program sarjana online yang ditawarkan oleh Arizona State University. Proyek ini, serta komitmen serupa di bidang-bidang yang terkait dengan perekrutan veteran, telah menjadi bagian penting dari inisiatif pemasaran ramah lingkungan Starbucks.

Dari sudut pandang investor, inisiatif pemasaran hijau seperti ini terbukti penting dalam membangun dan mempertahankan merek yang bernilai, terutama bagi perusahaan yang berhadapan langsung dengan konsumen seperti Starbucks. Namun, beberapa kritikus berpendapat bahwa pemasaran hijau dapat memperburuk keuntungan yang sudah ada dari perusahaan-perusahaan besar dengan mengorbankan pesaing mereka yang berukuran kecil atau menengah.

Lagi pula, menerapkan program sosial atau lingkungan yang kuat sering kali melibatkan biaya overhead tambahan. Bagi perusahaan besar, biaya-biaya ini dapat dengan mudah ditanggung dan bahkan dapat menjadi bagian dari anggaran pemasaran perusahaan. Namun, bagi perusahaan yang lebih kecil, penambahan biaya ini dapat secara signifikan mengganggu profitabilitas atau kelangsungan bisnis.

Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya

Artikel Terbaru