BerandaIstilahHyperdeflation

Hyperdeflation

Hyperdeflation / Hiperdeflasi adalah tingkat deflasi yang sangat besar dan relatif cepat dalam suatu perekonomian.

Memahami Hyperdeflation

Hyperdeflation terjadi ketika daya beli mata uang meningkat drastis dalam waktu yang relatif singkat. Peningkatan ini mengakibatkan utang menjadi lebih besar, karena nilai riil barang dan jasa meningkat dan nilai mata uang jatuh. Jika Hyperdeflation terjadi, hal itu akan menimbulkan konsekuensi ekonomi yang parah karena orang-orang akan mengurungkan niat untuk membeli hari ini ketika mereka tahu akan jauh lebih murah untuk membelinya besok, atau lusa, atau lusa—dan dengan demikian pengeluaran dan investasi akan terhenti. Hyperdeflation cukup langka dan dapat dibandingkan dengan periode hiperinflasi yang masih langka tetapi lebih umum, di mana harga naik dengan cepat karena daya beli mata uang turun tajam.

Hyperdeflation kurang lebih merupakan istilah teoritis, dan tidak ada ukuran pasti perbedaan antara istilah ini dan deflasi. Namun, Hyperdeflation, seperti deflasi, dapat menyebabkan spiral deflasi di mana lingkungan deflasi menyebabkan produksi yang lebih rendah, upah yang lebih rendah, dan permintaan yang lebih rendah, dan dengan demikian tingkat harga yang lebih rendah. Skenario ini menciptakan lingkaran umpan balik yang terus berlanjut hingga kekuatan luar (misalnya pemerintah) turun tangan.

Amerika Serikat telah mengalami periode deflasi yang parah setelah Perang Saudara dan Perang Dunia I. Beberapa ekonom percaya bahwa krisis keuangan tahun 2007-2009 menyebabkan periode deflasi di Amerika Serikat. Jepang memasuki periode deflasi yang parah yang telah berlangsung sejak tahun 1990-an.

Spiral Deflasi

Meskipun Hyperdeflation jarang terjadi, deflasi dengan sendirinya dapat menyebabkan lingkaran umpan balik negatif yang merusak. Spiral deflasi adalah reaksi harga yang menurun terhadap krisis ekonomi yang menyebabkan produksi yang lebih rendah, upah yang lebih rendah, permintaan yang menurun, dan harga yang lebih rendah lagi. Peristiwa ini sering terjadi selama periode krisis ekonomi yang parah, seperti Depresi Besar. Deflasi terjadi ketika tingkat harga umum menurun, berbeda dengan inflasi yang terjadi ketika tingkat harga umum meningkat. Ketika deflasi terjadi, bank sentral dan otoritas moneter dapat memberlakukan kebijakan moneter ekspansif untuk memacu permintaan dan pertumbuhan ekonomi. Namun, jika upaya kebijakan moneter gagal, karena pelemahan ekonomi yang lebih besar dari yang diantisipasi atau karena suku bunga target sudah nol atau mendekati nol, spiral deflasi dapat terjadi bahkan dengan kebijakan moneter ekspansif yang berlaku. Spiral seperti itu sama saja dengan lingkaran setan, di mana serangkaian peristiwa memperkuat masalah awal.

Contoh Hyperdeflation

Tidak seperti hiperinflasi, hanya ada sedikit contoh Hyperdeflation nyata yang terdokumentasi dalam sejarah. Namun, baru-baru ini, dunia telah melihat munculnya mata uang kripto: mata uang digital terdesentralisasi yang bekerja melalui blockchain, atau buku besar transaksi publik.

Bitcoin, yang dibuat pada tahun 2009, adalah mata uang digital pertama dan tetap menjadi yang paling terkenal. Banyak pengamat telah menyebut volatilitasnya baru-baru ini sebagai contoh Hyperdeflation yang belum pernah terjadi sebelumnya. Beberapa pakar dan ekonom mata uang kripto menyebut kenaikan harganya sebagai gelembung, dengan mencatat bahwa mata uang tersebut memiliki prospek jangka panjang. Namun, mereka juga menunjukkan kemungkinan bahwa deflasi akan terjadi.

Berdasarkan rancangannya, jumlah koin baru berkurang setiap tahun, tetapi permintaan terhadap Bitcoin terus meningkat. Dinamika ini dapat menyebabkan ekonomi digital memasuki periode deflasi. Karena tidak ada sistem perbankan terpusat atau setara Federal Reserve yang mengawasi mata uang tersebut, tidak ada kebijakan intervensi yang akan dijalankan.

Lebih jauh lagi, Bitcoin tidak dapat dijatuhkan dan diambil oleh orang yang lewat; jika seseorang kehilangan kunci pribadinya, mereka kehilangan uangnya, dan uang tersebut secara efektif ditarik keluar dari peredaran. Selain itu, terdapat konsentrasi kekayaan yang tinggi di antara pemegang Bitcoin, yang berarti terdapat sejumlah kecil pengguna yang dapat menjual atau, yang lebih penting dalam skenario ini, tidak menjual. Dengan meningkatnya nilai, muncul lebih banyak insentif untuk membeli dan menimbun Bitcoin, yang hanya akan meningkatkan harga dan semakin mengurangi pasokan. Situasi ini secara hipotetis dapat menyebabkan terjadinya Hyperdeflation di dunia nyata.

Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya

Baca Juga