Kalau kamu pernah baca prospektus saham atau dokumen obligasi, kamu mungkin pernah nemu istilah par value. Istilah ini sebenarnya cukup sering muncul di dunia keuangan, terutama pas ngomongin soal saham dan obligasi. Tapi, par value itu sebenarnya apa sih? Dan kenapa istilah ini penting untuk diketahui, apalagi kalau kamu lagi pengen belajar investasi?
Par Value: Pengertian
Par value atau dalam Bahasa Indonesia disebut “nilai nominal” atau “nilai pari”, adalah nilai yang ditetapkan oleh perusahaan saat pertama kali menerbitkan sekuritas seperti saham atau obligasi. Ini adalah nilai dasar yang tertulis secara resmi di sertifikat saham atau obligasi.
Nah, yang perlu kamu tahu, nilai ini bukan mencerminkan harga pasar dari saham atau obligasi tersebut. Jadi, jangan bingung ya kalau lihat harga saham di bursa bisa ratusan ribu, tapi nilai nominalnya cuma seribu rupiah. Itu hal yang normal banget.
Par Value pada Saham
Ketika perusahaan menerbitkan saham, mereka bakal menetapkan sebuah nilai nominal untuk tiap lembar saham. Misalnya, satu saham punya nilai nominal Rp100 atau Rp1.000. Nah, nilai ini biasanya cuma formalitas aja. Apalagi di Indonesia, banyak saham yang nilai nominalnya kecil banget, kadang cuma Rp100 per lembar.
Kenapa cuma formalitas? Soalnya, dalam banyak kasus, harga saham yang dijual ke publik (harga IPO atau harga di pasar sekunder) jauh lebih tinggi daripada nilai nominalnya. Misalnya, saham perusahaan A punya par value Rp100, tapi dijual ke publik dengan harga Rp2.000. Nah, selisih antara harga jual dan nilai nominal itu disebut agio saham.
Tapi tetap aja, nilai nominal punya fungsi penting, terutama dari sisi hukum dan akuntansi. Misalnya, buat menentukan modal dasar dan modal disetor perusahaan.
Par Value pada Obligasi
Kalau pada saham nilai nominal bisa dibilang formalitas, beda cerita nih kalau di obligasi. Di obligasi, par value punya peran yang lebih penting dan nyata. Biasanya, par value dari obligasi adalah jumlah yang akan dibayar penuh ke pemegang obligasi saat jatuh tempo. Jadi, kalau kamu beli obligasi dengan par value Rp1.000.000, maka saat jatuh tempo, kamu akan terima Rp1.000.000 (plus bunga, tentunya).
Selain itu, bunga atau coupon rate biasanya dihitung berdasarkan par value. Jadi misalnya obligasi punya par value Rp1.000.000 dan bunga 5% per tahun, berarti kamu bakal dapat Rp50.000 per tahun sampai jatuh tempo. Gampang, kan?
Par Value vs Face Value vs Nominal Value
Nah, di dunia keuangan, kadang orang juga pakai istilah face value atau nominal value buat merujuk ke hal yang sama. Bingung? Tenang, kita lurusin bareng-bareng.
- Par Value adalah istilah yang paling umum dan formal, sering dipakai buat menyebut nilai dasar saat penerbitan saham atau obligasi.
- Face Value biasanya dipakai dalam konteks obligasi. Ini merujuk ke angka yang tercetak di sertifikat obligasi dan yang akan dibayar ke pemegang saat jatuh tempo.
- Nominal Value itu terjemahan literal dari par value. Dalam Bahasa Indonesia, istilah ini cukup sering dipakai di dokumen resmi.
Meskipun istilahnya beda-beda, intinya tetap sama: semua merujuk ke nilai dasar yang ditetapkan saat suatu instrumen keuangan diterbitkan.
Kenapa Par Value Itu Penting?
Oke, mungkin kamu mikir, “Kalau nilai pasarnya beda, terus ngapain harus peduli sama par value?” Pertanyaan bagus!
Meski kelihatannya cuma angka formalitas, par value punya beberapa peran penting:
- Transparansi hukum dan akuntansi. Di laporan keuangan, modal dasar dan modal disetor perusahaan biasanya dihitung berdasarkan par value.
- Perhitungan dividen (di beberapa negara). Ada perusahaan yang menetapkan pembagian dividen berdasarkan persentase dari nilai nominal.
- Perlindungan investor. Di obligasi, nilai nominal adalah jaminan bahwa kamu bakal menerima sejumlah uang saat jatuh tempo.
- Penentuan batas harga minimum. Beberapa yurisdiksi menetapkan bahwa saham tidak boleh dijual di bawah nilai nominal, kecuali dengan prosedur hukum tertentu.
Contoh Par Value
Biar makin paham, berikut adalah contohnya:
Misalnya perusahaan startup “TechKu” menerbitkan 1 juta saham dengan par value Rp100 per saham. Total modal dasarnya berarti Rp100 juta. Tapi waktu mereka IPO, mereka jual sahamnya ke publik dengan harga Rp1.000 per saham. Artinya, mereka dapet dana Rp1 miliar dari hasil penjualan saham, tapi hanya Rp100 juta yang dicatat sebagai modal disetor berdasarkan nilai nominal. Sisanya? Masuk ke akun agio saham.
Sementara itu, obligasi yang diterbitkan perusahaan “InvestPro” punya par value Rp1 juta per unit. Kalau kamu beli satu unit, kamu tahu bahwa kamu bakal dapet Rp1 juta di akhir masa obligasi, ditambah bunga tahunan.
Kesimpulan
Par value itu emang kelihatan sederhana, tapi punya banyak peran di balik layar dalam dunia keuangan. Meskipun harga pasar sering kali nggak ada hubungannya langsung sama nilai nominal ini, par value tetap penting buat hal-hal kayak perhitungan modal, transparansi akuntansi, dan penghitungan bunga obligasi.
Buat kamu yang lagi belajar investasi atau penasaran dengan dunia keuangan, ngerti konsep ini bisa ngebantu banget buat memahami laporan keuangan, struktur modal perusahaan, bahkan strategi investasi jangka panjang.
Intinya, par value itu kayak fondasi dari sebuah bangunan. Memang nggak selalu kelihatan dari luar, tapi tetap punya fungsi penting dalam menopang struktur finansial yang lebih besar.