Apa itu Global Recession?
Global recession adalah periode penurunan ekonomi yang berkepanjangan di seluruh dunia. Global recession melibatkan resesi yang kurang lebih tersinkronisasi di banyak ekonomi nasional, karena hubungan perdagangan dan sistem keuangan internasional mentransmisikan guncangan ekonomi dan dampak resesi dari satu negara ke negara lain.
Dana Moneter Internasional (IMF) menggunakan serangkaian kriteria yang luas untuk mengidentifikasi global recession, termasuk penurunan produk domestik bruto (PDB) per kapita di seluruh dunia. Menurut definisi IMF, penurunan output global ini harus bertepatan dengan melemahnya indikator makroekonomi lainnya, seperti perdagangan, arus modal, dan lapangan kerja.
Memahami Global Recession
Indikator-indikator makroekonomi harus menurun dalam jangka waktu yang signifikan untuk diklasifikasikan sebagai resesi. Di Amerika Serikat, secara umum diterima bahwa PDB harus turun selama dua kuartal berturut-turut agar resesi yang sebenarnya terjadi, berdasarkan analisis oleh National Bureau of Economic Research (NBER), yang dianggap sebagai otoritas nasional dalam mendeklarasikan dan menentukan siklus bisnis. Untuk global recession, IMF memainkan peran yang mirip dengan NBER.
Meskipun tidak ada definisi resmi mengenai global recession, kriteria yang ditetapkan oleh IMF memiliki bobot yang signifikan karena posisi organisasi ini di seluruh dunia. Tidak seperti NBER, IMF tidak menetapkan jangka waktu minimum ketika memeriksa global recession. Berbeda dengan beberapa definisi resesi, IMF melihat faktor-faktor tambahan di luar penurunan PDB. Harus ada kemerosotan faktor-faktor ekonomi lainnya, termasuk perdagangan, arus modal, produksi industri, konsumsi minyak, tingkat pengangguran, investasi per kapita, dan konsumsi per kapita.
Idealnya, para ekonom dapat dengan mudah menambahkan angka-angka PDB untuk setiap negara untuk mendapatkan “PDB global”. Banyaknya mata uang yang digunakan di seluruh dunia membuat proses ini menjadi lebih sulit. Meskipun beberapa organisasi menggunakan nilai tukar untuk menghitung output agregat, IMF lebih suka menggunakan paritas daya beli (PPP) – yaitu jumlah barang atau jasa lokal yang dapat dibeli oleh satu unit mata uang daripada jumlah mata uang asing yang dapat dibelinya – dalam analisisnya.
Sejarah Global Recession
Hingga tahun 2020, menurut IMF, telah terjadi empat global recession sejak Perang Dunia II, dimulai pada tahun 1975, 1982, 1991, dan 2009. Pada tahun 2020, IMF mengumumkan global recession baru, yang disebutnya sebagai Great Lockdown, yang disebabkan oleh penerapan karantina dan langkah-langkah pembatasan sosial yang meluas selama wabah COVID-19. Ini adalah global recession terburuk yang pernah tercatat sejak Depresi Besar.
Penularan dan Isolasi
Dampak dan tingkat keparahan efek global recession pada suatu negara bervariasi berdasarkan beberapa faktor. Contohnya, hubungan perdagangan suatu negara dengan seluruh dunia menentukan skala dampak pada sektor manufakturnya. Di sisi lain, kecanggihan pasar dan efisiensi investasi menentukan bagaimana industri jasa keuangan terpengaruh.
Contoh Global Recession
The Great Recession adalah periode panjang kesulitan ekonomi ekstrem yang terjadi di seluruh dunia antara tahun 2007 dan 2009. Perdagangan dunia anjlok lebih dari 15% antara tahun 2008 dan 2009 selama resesi ini. Skala, dampak, dan pemulihan dari kemerosotan ini bervariasi dari satu negara ke negara lain.
AS mengalami koreksi pasar saham yang besar pada tahun 2008 setelah pasar perumahan runtuh dan Lehman Brothers mengajukan kebangkrutan. Kondisi ekonomi telah menurun pada akhir tahun 2007 dan indikator utama seperti pengangguran dan inflasi mencapai tingkat kritis dengan runtuhnya gelembung perumahan dan krisis keuangan yang menyusul.
Situasi membaik beberapa tahun setelah pasar saham mencapai titik terendah pada tahun 2009, tetapi negara-negara lain mengalami jalan yang lebih panjang menuju pemulihan. Lebih dari satu dekade kemudian, dampaknya masih dapat dirasakan di banyak negara maju dan pasar negara berkembang.
Situasi membaik beberapa tahun setelah pasar saham mencapai titik terendahnya di tahun 2009, tetapi negara-negara lain memiliki jalan yang lebih panjang menuju pemulihan. Lebih dari satu dekade kemudian, dampaknya masih terasa di banyak negara maju dan pasar negara berkembang.
Di sisi lain, kekuatan manufaktur seperti Jerman akan menderita terlepas dari kekuatan ekonomi internalnya karena memiliki banyak hubungan perdagangan dengan seluruh dunia.