Harga emas melanjutkan tren negatifnya, di mana saat ini diperdagangkan di sekitar level $4050 per troy ons. Pergerakan ini terjadi di tengah sikap wait and see para investor menjelang rilis data ekonomi terbaru Amerika Serikat.
Fokus utama para investor kini tertuju pada data penjualan ritel dan Indeks Harga Produsen (PPI) bulan September yang akan dirilis pada hari Selasa. Tak hanya itu, para investor juga akan mencermati rilis data klaim tunjangan pengangguran pada hari Rabu, yang diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi ekonomi Negeri Paman Sam.
Sementara itu, kans penurunan suku bunga pada pertemuan bulan Desember kembali menguat setelah Ketua The Fed New York, John Williams, memberikan sinyal akan mendukung pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Para investor kini memperkirakan peluang The Fed menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis poin pada bulan depan adalah sekitar 70%.
Meski harga emas tengah terkoreksi, kinerjanya sepanjang tahun ini masih terbilang impresif. Harga emas telah naik sekitar 54% sejak awal tahun. Kenaikan ini ditopang oleh berbagai faktor, mulai dari ketegangan geopolitik dan ketidakpastian perdagangan global, aksi beli oleh bank sentral, hingga meningkatnya minat invetor yang mencari aset safe haven.


