BerandaAkademiFibonacci Retracement

Fibonacci Retracement

Dalam dunia trading, khususnya di pasar forex maupun saham, ada banyak cara untuk menganalisis pergerakan harga. Salah satu metode analisis teknikal yang populer adalah Fibonacci retracement. Konsep ini membantu trader memperkirakan titik-titik di mana pergerakan harga kemungkinan besar akan berhenti, berbalik arah, atau melanjutkan tren sebelumnya.

Idenya sederhana: pergerakan harga di pasar tidak pernah lurus tanpa jeda. Biasanya harga bergerak naik atau turun, lalu terkoreksi sebelum melanjutkan perjalanannya. Nah, koreksi inilah yang bisa kita prediksi dengan bantuan Fibonacci retracement.

Metode ini dianggap cukup ajaib karena level-level yang dihasilkan sering kali sesuai dengan titik support maupun resistance. Bukan berarti selalu benar seratus persen, tapi cukup membantu trader dalam mengambil keputusan.

Sejarah Singkat: Dari Leonardo Fibonacci ke Dunia Trading

Sebelum masuk ke teknis trading, mari kita bahas sedikit tentang asal-usulnya. Nama Fibonacci berasal dari Leonardo Fibonacci, seorang matematikawan Italia dari abad pertengahan. Ia berasal dari kota Pisa—ya, kota yang terkenal dengan menara miringnya.

Leonardo memperkenalkan sebuah deret angka yang kini dikenal sebagai deret Fibonacci. Deret ini muncul dari perhitungan sederhana namun hasilnya luar biasa. Awalnya, Fibonacci menggunakan contoh perkembangbiakan kelinci dalam kondisi ideal. Dari situlah lahir deret angka yang terus berlanjut:

0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, … dan seterusnya.

Setiap angka dihasilkan dari penjumlahan dua angka sebelumnya. Jika kamu penasaran, setelah 89 maka angka berikutnya adalah 144. Mudah kan?

Yang membuat deret ini spesial adalah adanya rasio emas (golden ratio), yaitu sekitar 1,618 atau kebalikannya 0,618. Rasio ini bisa ditemukan di berbagai aspek alam, misalnya pola spiral pada cangkang siput, susunan bunga matahari, hingga proporsi tubuh manusia. Menariknya, dunia trading juga ternyata tunduk pada rasio ini.

Hubungan Deret Fibonacci dengan Trading

Nah, bagaimana angka-angka ini bisa digunakan dalam trading? Jangan khawatir, kamu tidak perlu menghitung manual deretnya. Platform trading modern seperti MetaTrader sudah menyediakan tool Fibonacci retracement.

Trader memanfaatkan level-level Fibonacci retracement untuk menemukan area support (titik pantulan ke atas) dan resistance (titik pantulan ke bawah). Metode ini lebih efektif ketika pasar sedang dalam kondisi trending, baik itu tren naik (uptrend) maupun tren turun (downtrend).

Secara garis besar:

  • Saat uptrend, trader mencari peluang buy di sekitar level support hasil retracement.
  • Saat downtrend, trader mencari peluang sell di sekitar level resistance hasil retracement.

Untuk menggunakannya, pertama-tama kamu harus menentukan dua titik penting: swing high (titik tertinggi) dan swing low (titik terendah). Setelah itu, kamu tarik garis Fibonacci retracement dari swing low ke swing high jika pasar sedang naik, atau sebaliknya jika pasar sedang turun.

Tool ini otomatis akan menampilkan level-level retracement, mulai dari 0,0% hingga 100,0%. Level yang sering dipakai adalah 23,6%, 38,2%, 50,0%, 61,8%, dan 76,4%. Di antara level-level tersebut, angka 38,2%, 50,0%, dan 61,8% adalah yang paling sering dipantau trader karena sering menjadi titik balik pergerakan harga.

Fibonacci sebagai Peta Jalan: Support dan Resistance

Untuk lebih mudah membayangkannya, coba anggap Fibonacci retracement sebagai peta jalan harga. Level-level tersebut menunjukkan potensi di mana harga akan berhenti sementara, memantul, atau bahkan berbalik arah.

  • Level-level Fibonacci berperan sebagai support ketika tren sedang naik.
  • Level-level Fibonacci berperan sebagai resistance ketika tren sedang turun.

Konsep strategi ini mirip dengan swing trading. Kamu menunggu harga melakukan koreksi (pullback) menuju area referensi, lalu mencari sinyal konfirmasi apakah harga benar-benar siap memantul. Jika konfirmasi itu muncul, barulah kamu ambil posisi buy atau sell.

Strategi Buy dengan Fibonacci Retracement

Mari masuk ke contoh. Misalnya, pada pergerakan pasangan mata uang GBP/USD sekitar 3–8 November 2011. Selama periode itu, harga bergerak naik (uptrend).

Kamu menarik garis Fibonacci retracement dari swing low 1.59445 (100%) ke swing high 1.60630 (0%). Dari situ, terlihat area referensi dengan tiga level penting:

  • 1.60177 (38,2%)
  • 1.60038 (50,0%)
  • 1.59898 (61,8%)

Ketiga level ini dianggap sebagai support potensial. Nah, sebagai trader kamu menunggu harga masuk ke area ini.

Pada kenyataannya, harga berkali-kali mencoba menembus level 1.59898 (61,8%), bahkan sampai empat kali. Namun candlestick selalu ditutup di atas level tersebut. Itu artinya support cukup kuat. Maka, posisi buy bisa diambil di sekitar level 1.60038.

Targetnya jelas: kembali ke swing high di 1.60630. Untuk berjaga-jaga, trader juga menetapkan dua opsi exit point sebagai batas kerugian. Jika ternyata harga tidak sesuai harapan, posisi bisa ditutup sebelum kerugian semakin besar.

Kenapa perlu ada dua exit point? Karena kadang harga hanya menembus level 76,4% sebagai sinyal awal perubahan tren. Trader konservatif biasanya keluar lebih cepat. Namun bagi trader yang lebih berani, konfirmasi sebenarnya ada pada tembusnya level 100%. Jadi, pilihan exit point bergantung pada gaya trading masing-masing.

Dan apa yang terjadi setelahnya? GBP/USD benar-benar naik sesuai target. Ini menunjukkan bagaimana Fibonacci retracement bisa menjadi alat bantu yang efektif.

Strategi Sell dengan Fibonacci Retracement

Strategi sell sebenarnya hanya kebalikan dari buy. Jika strategi buy dipakai saat tren naik, strategi sell dipakai saat tren turun.

Contohnya terjadi pada pergerakan EUR/USD. Harga sedang turun, lalu melakukan pullback ke area resistance yang ditentukan oleh Fibonacci retracement.

Area referensi berada antara:

  • 1.37461 (38,2%)
  • 1.38228 (50,0%)
  • 1.38995 (61,8%)

Ketiganya merupakan level resistance. Harga sempat naik ke area tersebut, tetapi gagal menembus level 1.38995. Bahkan harga justru jatuh kembali dan menembus ke bawah level 1.38228.

Sinyal sell pun muncul. Trader bisa mengambil posisi sell dengan target di sekitar 1.34980 (0,0%). Lagi-lagi, ada exit point yang disiapkan sebagai antisipasi jika harga malah bergerak berlawanan arah.

Dan benar saja, harga bergerak turun sesuai perkiraan. Sinyal yang muncul di area referensi terbukti akurat.

Tantangan dan Kesalahan Umum dalam Menggunakan Fibonacci

Meski terlihat mudah, pada kenyataannya menerapkan Fibonacci retracement tidak sesederhana itu. Banyak trader pemula melakukan kesalahan, terutama dalam menentukan swing high dan swing low. Jika titik acuan yang dipilih salah, maka level-level retracement pun menjadi tidak relevan.

Selain itu, kesabaran adalah kunci. Trader sering kali tergesa-gesa masuk ke pasar tanpa menunggu konfirmasi sinyal. Padahal, inti dari strategi ini adalah menunggu harga benar-benar bereaksi di area Fibonacci. Tanpa konfirmasi, risiko kerugian justru lebih besar.

Itulah sebabnya latihan, pengalaman, dan ketelitian sangat dibutuhkan. Seiring berjalannya waktu, insting kamu dalam menentukan swing high dan swing low akan semakin terasah.

Kekurangan Fibonacci Retracement

Penting untuk selalu diingat bahwa tidak ada analisis teknikal yang 100% akurat. Fibonacci retracement hanyalah salah satu alat bantu. Harga bisa saja menembus semua level Fibonacci tanpa memantul sama sekali.

Oleh karena itu, trader profesional biasanya mengombinasikan Fibonacci retracement dengan indikator lain, misalnya candlestick pattern, moving average, atau RSI. Dengan begitu, sinyal yang didapat lebih kuat dan tingkat kepercayaannya lebih tinggi.

Selain itu, manajemen risiko tidak boleh diabaikan. Tanpa manajemen modal dan stop loss yang jelas, bahkan strategi terbaik pun bisa berakhir dengan kerugian.

Signal Forex Akurat

Baca Juga