BerandaAkademiStrategi Menggunakan Support, Resistance dan Trend Line

Strategi Menggunakan Support, Resistance dan Trend Line

Space Available
Hubungi kami untuk informasi kerja sama

Kalau di tahap awal kamu sudah belajar dasar-dasar analisis teknikal, maka kali ini kita bakal masuk ke tahap penerapan. Jadi, semua teori yang kemarin kamu pelajari tentang support, resistance, dan trend line akan kita gunakan untuk mencari peluang di pasar. Bisa dibilang strategi ini adalah pondasi penting sebelum kamu melangkah ke teknik trading yang lebih rumit lagi.

Kalau kamu ingat, dari bab pertama sampai kelima di level pemula, kamu sudah kenal konsep support, resistance, dan trend line. Nah, channel sendiri sebenarnya adalah pengembangan dari trend line. Jadi sebelum melangkah lebih jauh, penting untuk dipahami dulu bahwa trend line dan channel juga merupakan bagian dari support serta resistance. Saat pasar dalam kondisi turun (downtrend), trend line biasanya berfungsi sebagai resistance, sedangkan ketika pasar sedang naik (uptrend), trend line lebih sering bertindak sebagai support.

Dari sini, ada dua pendekatan yang bisa kamu lakukan dengan memanfaatkan support dan resistance, yaitu bounce trading dan breakout trading.

Bounce Trading

Ada juga yang sering menyebut strategi ini dengan istilah swing trading. Inti dari metode ini adalah memanfaatkan momen pantulan harga ketika menyentuh support atau resistance, lalu harga kembali berbalik arah dari titik itu.

Kamu mungkin bertanya, kenapa tidak langsung ambil posisi jual ketika harga mencapai resistance, atau langsung beli saat harga sampai ke support? Jawabannya sederhana: karena kamu butuh konfirmasi. Kadang harga bisa bergerak sangat cepat, menembus garis support atau resistance tanpa memberi kesempatan untuk berpikir. Nah, kalau ada pantulan, itu bisa jadi tanda bahwa level support atau resistance masih cukup kuat. Jadi, pantulan ini semacam “lampu hijau” untuk masuk ke pasar.

Singkatnya, dalam bounce trading kamu menunggu harga benar-benar memantul lebih dulu sebelum ambil posisi. Dengan begitu, risikonya lebih terkendali.

Breakout Trading

Berbeda dengan bounce trading, di strategi ini kamu justru menunggu saat support atau resistance benar-benar ditembus. Karena pada kenyataannya, level-level itu tidak selamanya bertahan. Suatu saat, harga pasti bisa melewati batas tersebut.

Nah, di momen seperti itu, kamu bisa ambil peluang dengan strategi yang disebut breakout trading. Strategi ini punya pendekatan yang 180 derajat berbeda dibanding bounce trading. Kalau bounce fokus pada pantulan, breakout fokus pada tembusnya level. Biasanya, kalau sudah tembus, pergerakan harga akan diikuti oleh rally atau tren baru yang cukup kuat.

Tapi tetap saja, konfirmasi itu penting. Jangan buru-buru menganggap harga benar-benar tembus hanya karena sekilas melewati garis. Ada dua hal utama yang biasanya jadi tanda breakout yang valid:

  • Kalau kamu pakai candlestick chart, pastikan body candlestick benar-benar memotong atau melewati garis support atau resistance.
  • Volume perdagangan ikut meningkat signifikan. Semakin besar peningkatan volume, semakin kuat juga sinyal breakout tersebut.

Breakout Agresif

Ada trader yang langsung masuk pasar begitu mendapat konfirmasi bahwa support atau resistance sudah ditembus. Ini disebut gaya breakout agresif. Keuntungannya jelas: kamu tidak ketinggalan momentum. Begitu harga bergerak, kamu sudah ada di dalam posisi.

Tapi ada risikonya juga. Misalnya kamu buru-buru jual saat support ditembus, ternyata harga berbalik arah dan kembali naik ke atas level support tadi. Kalau itu terjadi, bisa-bisa kamu malah terjebak di posisi yang salah.

Breakout Konservatif

Nah, untuk mengurangi risiko itu, ada trader yang memilih strategi breakout konservatif. Caranya, setelah harga tembus, kamu tidak langsung masuk. Kamu tunggu dulu harga melakukan pullback ke area support atau resistance yang baru ditembus, lalu tunggu lagi sampai ada pantulan. Setelah pantulan itu terjadi, barulah kamu ambil posisi.

Dengan cara ini, kamu sebenarnya menggabungkan dua strategi sekaligus: breakout dan bounce. Hasilnya, kemungkinan kamu terjebak dalam sinyal palsu jadi lebih kecil.

Tapi jangan lupa, strategi ini juga punya kelemahan. Tidak selalu terjadi pullback setelah breakout. Kadang harga langsung melesat tanpa memberi kesempatan buat kamu masuk. Kalau itu terjadi, ya kamu kehilangan peluang.

Mana yang Lebih Baik?

Tidak ada jawaban mutlak untuk pertanyaan ini, karena semuanya kembali ke gaya dan kepribadian kamu sendiri. Kalau kamu orangnya sabar, mungkin gaya konservatif akan lebih cocok, karena lebih aman dan mengurangi potensi terjebak sinyal palsu.

Tapi kalau kamu tipe yang gesit, berani ambil risiko, dan tidak suka ketinggalan momen, maka strategi agresif bisa jadi lebih sesuai. Pada akhirnya, trading adalah soal kecocokan dengan dirimu sendiri.

Signal Forex Akurat

Baca Juga