Pound Inggris melemah ke bawah level $1.22566, yang merupakan level terendah sejak November 2023. Pelemahan Pound terjadi akibat adanya kekhawatiran atas stabilitas fiskal Inggris serta masih tingginya tingkat inflasi.
Pelemahan Pound juga terjadi di tengah melonjaknya imbal hasil obligasi pemerintah Inggris. Imbal hasil obligasi bertenor 30 tahun menyentuh titik tertinggi sejak tahun 1998, sementara imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun menyentuh titik tertinggi sejak tahun 2008. Biasanya, imbal hasil obligasi yang tinggi membuat mata uang menguat, tetapi dalam kasus ini, pelemahan Pound mengindikasikan adanya capital flight yang dipicu oleh kekhawatiran akan inflasi dan ketidakstabilan fiskal.
Kenaikan biaya pinjaman meningkatkan tantangan yang dihadapi oleh Kanselir Rachel Reeves, yang fleksibilitas fiskalnya semakin dibatasi. Pada bulan Oktober, Reeves mengumumkan rencana anggaran yang mencakup pinjaman senilai £142 miliar dan meningkatkan belanja tahunan sebesar £74 miliar. Rencana tersebut sejauh ini telah menimbulkan kekhawatiran seputar keberlanjutan kebijakan fiskal Inggris.
Tingkat inflasi juga tidak menunjukkan tanda-tanda turun. Beberapa indikator ekonomi seperti Consumer Price Index (CPI), pertumbuhan upah, dan ekspektasi inflasi dilaporkan naik. Hal ini membuat spekulasi seputar penurunan suku bunga Bank of England (BoE) pada tahun ini sedikit mereda, di mana para investor memperkirakan BoE hanya akan menurunkan suku bunganya dua kali pada tahun ini.