Harga minyak mentah WTI naik ke sekitar level $68.40 per barel, yang merupakan level tertingginya dalam kurun dua bulan. Melonjaknya harga minyak terjadi setelah memanasnya tensi hubungan antara Amerika Serikat dan Iran memicu kekhawatiran seputar pasokan. Terbaru, AS dilaporkan tengah mempersiapkan evakuasi sebagian personilnya di beberapa wilayah di Timur Tengah, terutama pasca Iran mengancam akan menargetkan pangkalan militer AS di wilayah tersebut jika negosiasi nuklir gagal mencapai kesepakatan.
Menambah momentum bullish, AS dan China berhasil mencapai kesepakatan mengenai kerangka kerja dan rencana implementasi yang bertujuan untuk meredakan tensi hubungan perdagangan antara kedua negara. Kondisi ini telah meningkatkan optimisme seputar permintaan energi dari kedua konsumen minyak terbesar di dunia tersebut.
Sementara itu, data dari Energy Information Administration (EIA) mengungkapkan bahwa persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu turun sekitar 3.6 juta barel – lebih besar dari perkiraan turun 2 juta barel – mengindikasikan tingginya permintaan minyak.
Dari sisi makroekonomi, data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga secepatnya pada bulan September.
