Harga minyak mentah WTI tergelincir ke sekitar level $82 per barel sementara para investor terus menilai dampak dari berbagai faktor permintaan dan penawaran.
Data terbaru menunjukkan bahwa penjualan ritel, produksi industri, dan investasi aset tetap China berada di bawah ekspektasi pasar, sedangkan tingkat pengangguran di perkotaan menunjukkan angka yang lebih tinggi, sehingga membebani prospek permintaan minyak dari China.
Sementara itu, guna mendongkrak aktivitas ekonomi, bank sentral China memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga pinjaman.
Terlepas dari adanya sejumlah sentimen negatif baru-baru ini, harga minyak tetap naik lebih dari 20% sejak akhir Juni, terutama setelah Arab Saudi dan Rusia memutuskan untuk memangkas produksi minyaknya.
Menurut International Energy Agency, pemangkasan produksi diperkirakan akan mengurangi persediaan minyak pada sisa tahun ini, dan permintaan minyak mentah global berpotensi melonjak ke angka 103 juta barel per hari.