Harga minyak mentah WTI turun ke sekitar level $81.5 per barel di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek permintaan minyak dari China, yang merupakan salah satu konsumen minyak mentah terbesar di dunia.
Menurut data yang dirilis pada Senin (15 Juli) kemarin, impor minyak China selama bulan Juni turun menjadi 46.45 juta barel di tengah lemahnya permintaan di dalam negeri.
Ke depan, para investor akan menantikan hasil Rapat Pleno Ketiga, di mana para investor berharap pemerintah China akan mengucurkan stimulus guna mendongkrak aktivitas ekonomi.
Harga minyak juga tertekan oleh menguatnya Dolar AS, terlebih setelah upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden AS Donald Trump meningkatkan peluangnya untuk memenangkan pemilu pada bulan November.
Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan optimismenya atas prospek inflasi dengan mengatakan bank sentral tidak akan menunggu hingga tingkat inflasi mencapai 2% untuk menurunkan suku bunga.
Di sisi lain, meningkatnya prospek penurunan suku bunga AS menjadi katalis positif untuk prospek pertumbuhan ekonomi sekaligus permintaan minyak global.