Harga minyak mentah WTI melemah ke sekitar level $63.8 per barel setelah sempat menguat 1% pada perdagangan hari sebelumnya. Pelemahan ini terjadi di tengah adanya kekhawatiran atas prospek permintaan minyak dari Amerika Serikat menjelang berakhirnya musim berkendara musim panas, serta prospek pasokan minyak global akibat adanya tekanan tarif tinggi dari AS terhadap India.
Sebuah data mengungkapkan bahwa persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu turun sekitar 2.39 juta barel menjadi 418.3 juta barel. Sementara itu, persediaan di Cushing, Oklahoma, juga turun sekitar 838 ribu barel – mengindikasikan permintaan masih tetap tinggi menjelang libur Hari Buruh. Meski demikian, para analis memperingatkan bahwa periode tersebut biasanya mengindikasikan berakhirnya puncak musim berkendara dan diikuti oleh penurunan konsumsi minyak.
Di sisi lain, para investor juga mencermati sikap India terhadap tekanan dari AS untuk mengurangi impor minyaknya dari Rusia. Para analis memperkirakan, dalam jangka pendek, India masih akan melanjutkan pembelian, sehingga dampaknya terhadap pasar global cenderung terbatas.
Pelemahan harga minyak tertahan oleh faktor lain, termasuk semakin intensifnya serangan yang dilancarkan oleh Rusia dan Ukraina terhadap infrastruktur energi serta adanya optimisme atas pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve yang dinilai bisa mendongkrak permintaan minyak.