Apa itu Abenomics?
Abenomics adalah istilah untuk kebijakan ekonomi yang ditetapkan untuk Jepang pada tahun 2012 ketika Perdana Menteri Shinzo Abe berkuasa untuk kedua kalinya. Abenomics mencakup peningkatan jumlah uang beredar di negara, meningkatkan pengeluaran pemerintah, dan memberlakukan reformasi untuk membuat ekonomi Jepang lebih kompetitif. The Economist menggambarkan program ini sebagai “perpaduan antara reflasi, pengeluaran pemerintah, dan strategi pertumbuhan yang dirancang untuk menarik ekonomi keluar dari mati suri yang telah mencengkeramnya selama lebih dari dua dekade.”
Memahami Abenomics
Abenomics merupakan kebijakan ekonomi dari politisi tertentu, sama halnya dengan Reaganomics atau Clintonomics. Abenomics diusung sebagai cara untuk mengguncang ekonomi Jepang dari periode pertumbuhan minimal dan deflasi secara keseluruhan. Masalah ekonomi Jepang berasal dari tahun 90-an, yang juga dikenal sebagai Dekade yang Hilang. Periode ini merupakan periode stagnasi ekonomi yang nyata di Jepang, setelah ledakan gelembung real estat besar-besaran pada tahun 1980-an, dan gelembung harga aset Jepang meledak pada awal tahun 90-an.
Pemerintah Jepang bereaksi terhadap kejatuhan ekonomi dengan menjalankan defisit anggaran besar-besaran untuk mendanai proyek-proyek pekerjaan umum. Pada tahun 1998, ekonom Paul Krugman mengemukakan dalam sebuah makalah berjudul “Japan’s Trap” bahwa Jepang dapat meningkatkan ekspektasi inflasi dengan berkomitmen pada kebijakan moneter yang tidak bertanggung jawab untuk jangka waktu tertentu, sehingga memotong suku bunga jangka panjang dan mempromosikan pengeluaran yang diperlukan untuk keluar dari stagnasi ekonomi.
Jepang mengikuti beberapa rekomendasi Krugman, memperluas jumlah uang beredar di dalam negeri dan menjaga suku bunga tetap rendah. Cara ini memudahkan pemulihan ekonomi, dimulai pada tahun 2005, tetapi pada akhirnya tidak menghentikan deflasi.
Pada bulan Juli 2006, Jepang mengakhiri kebijakan suku bunga nol saat Abe mengambil alih kekuasaan dalam masa jabatan pertamanya sebagai perdana menteri. Abe kemudian mengundurkan diri sebagai perdana menteri secara tiba-tiba pada tahun 2007, tetapi terus menjabat di partai yang berkuasa. Meskipun masih memiliki suku bunga terendah di dunia, Jepang tidak dapat menghentikan deflasi. Negara ini mengalami penurunan Nikkei 225 lebih dari 50% antara akhir tahun 2007 dan awal tahun 2009. Karena kelesuan ekonomi yang tampaknya tidak dapat diatasi oleh Jepang, partai Abe yakni Partai Demokratik Liberal Jepang (LDP), kalah dalam kekuasaan dari Partai Demokratik Jepang.
Abenomics dan Tiga Panah/Three Arrows
Abe memulai masa jabatan kedua pada bulan Desember 2012. Segera setelah kembali menjabat, dia meluncurkan rencana Abenomics untuk meningkatkan ekonomi Jepang yang stagnan. Dalam pidato setelah pemilihannya, Abe mengumumkan bahwa dia dan kabinetnya akan “menerapkan kebijakan moneter yang berani, kebijakan fiskal yang fleksibel, dan strategi pertumbuhan yang mendorong investasi swasta, dan dengan ketiga pilar ini, mencapai hasil.”
Program Abe terdiri dari tiga “panah”. Yang pertama adalah mencetak mata uang tambahan – antara 60 triliun yen hingga 70 triliun yen – untuk membuat ekspor Jepang lebih menarik dan menghasilkan inflasi sederhana – sekitar 2%. Panah kedua adalah program pengeluaran pemerintah baru untuk merangsang permintaan dan konsumsi-untuk merangsang pertumbuhan jangka pendek, dan untuk mencapai surplus anggaran dalam jangka panjang.
Komponen ketiga Abenomics lebih kompleks – reformasi berbagai peraturan untuk membuat industri Jepang lebih kompetitif dan untuk mendorong investasi dalam sektor swasta. Termasuk di dalamnya reformasi tata kelola perusahaan, pelonggaran pembatasan perekrutan staf asing di zona ekonomi khusus, mempermudah perusahaan untuk memecat pekerja yang tidak efektif, meliberalisasi sektor kesehatan, dan menerapkan berbagai langkah untuk membantu pengusaha dalam dan luar negeri. Undang-undang yang diusulkan juga bertujuan untuk merestrukturisasi industri listrik dan farmasi serta memodernisasi sektor pertanian. Yang paling penting adalah Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), yang digambarkan oleh ekonom Yoshizaki Tatsuhiko berpotensi sebagai “penopang strategi revitalisasi ekonomi Abe,” yaitu, dengan membuat Jepang lebih kompetitif melalui perdagangan bebas.
Apakah Abenomic Berhasil?
Seperti semua kebijakan ekonomi Jepang sejak bubble burst, Abenomics telah berhasil dengan baik pada waktu-waktu tertentu dan tersendat pada waktu yang lain. Target inflasi telah terpenuhi dan tingkat pengangguran Jepang 2% lebih rendah daripada ketika Abe berkuasa untuk kedua kalinya. Begitu pula, PDB nominal telah meningkat dan laba sebelum pajak perusahaan serta pendapatan pajak telah mengalami kenaikan yang signifikan. Namun demikian, periode kesuksesan Jepang telah terhenti oleh kekuatan ekonomi global dan masalah ekonomi paling signifikan di negara ini yaitu populasi penduduk yang menua dengan cepat.