BerandaIstilahAggressive Investment Strategy

Aggressive Investment Strategy

Apa itu Aggressive Investment Strategy?

Aggressive investment strategy atau strategi investasi agresif biasanya mengacu pada gaya manajemen portofolio yang berusaha memaksimalkan imbal hasil dengan mengambil risiko yang relatif lebih tinggi. Strategi untuk mencapai imbal hasil yang lebih tinggi dari rata-rata biasanya menekankan pada apresiasi modal sebagai tujuan investasi utama, daripada pendapatan atau keamanan pokok. Oleh karena itu, strategi ini akan memiliki alokasi aset dengan bobot yang besar pada saham dan mungkin sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali pada obligasi atau uang tunai.

Aggressive investment strategy biasanya dianggap cocok untuk orang dewasa muda dengan ukuran portofolio yang lebih kecil. Karena jangka waktu investasi yang panjang memungkinkan mereka untuk menghadapi fluktuasi pasar, dan kerugian di awal karier seseorang memiliki dampak yang lebih kecil daripada di kemudian hari, penasihat investasi tidak menyarankan strategi ini untuk siapa pun kecuali orang dewasa muda kecuali jika strategi ini hanya diterapkan pada sebagian kecil dari tabungan investasi. Berapapun usia investor, toleransi yang tinggi terhadap risiko adalah prasyarat mutlak untuk strategi aggressive investment strategy.

Memahami Aggressive Investment Strategy

Agresivitas suatu strategi investasi bergantung pada bobot relatif kelas aset dengan imbal hasil tinggi dan berisiko tinggi, seperti ekuitas dan komoditas, dalam portofolio.

Sebagai contoh, Portofolio A yang memiliki alokasi aset 75% saham, 15% pendapatan tetap, dan 10% komoditas akan dianggap cukup agresif, karena 85% dari portofolio tersebut memiliki bobot ke saham dan komoditas. Namun, portofolio ini masih kurang agresif dibandingkan Portofolio B yang memiliki alokasi aset 85% saham dan 15% komoditas.

Bahkan di dalam komponen ekuitas portofolio agresif, komposisi saham dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profil risikonya. Contohnya, jika komponen ekuitas hanya terdiri dari saham-saham blue-chip, maka portofolio tersebut akan dianggap kurang berisiko dibandingkan jika portofolio tersebut hanya berisi saham-saham berkapitalisasi kecil. Jika ini terjadi pada contoh sebelumnya, Portofolio B dapat dianggap kurang agresif dibandingkan Portofolio A, meskipun memiliki 100% bobot aset agresif.

Aspek lain dari aggressive investment strategy berkaitan dengan alokasi. Strategi yang hanya membagi semua uang yang tersedia secara merata ke dalam 20 saham yang berbeda bisa menjadi strategi yang sangat agresif, tetapi membagi semua uang secara merata ke dalam 5 saham yang berbeda akan lebih agresif lagi.

Aggressive Investment strategy juga dapat mencakup strategi perputaran yang tinggi, yang berusaha mengejar saham-saham yang menunjukkan kinerja relatif tinggi dalam periode waktu yang singkat. Perputaran yang tinggi dapat menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi, tetapi juga dapat mendorong biaya transaksi yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan risiko kinerja yang buruk.

Aggressive Investment Strategy dan Manajemen Aktif

Aggressive strategy membutuhkan manajemen yang lebih aktif daripada strategi konservatif “buy-and-hold”, karena strategi ini cenderung lebih tidak stabil dan mungkin memerlukan penyesuaian yang lebih sering, tergantung pada kondisi pasar. Penyeimbangan ulang juga diperlukan untuk mengembalikan alokasi portofolio ke level target. Volatilitas aset dapat menyebabkan alokasi menyimpang secara signifikan dari bobot aslinya. Pekerjaan ekstra ini juga mendorong biaya yang lebih tinggi karena manajer portofolio mungkin memerlukan lebih banyak staf untuk mengelola semua posisi tersebut.

Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi penolakan yang signifikan terhadap strategi investasi aktif. Banyak investor telah menarik aset mereka dari hedge fund, misalnya, karena kinerja manajer yang buruk. Sebaliknya, beberapa investor memilih untuk menempatkan dana mereka pada manajer pasif. Manajer-manajer ini menganut gaya investasi yang sering kali menggunakan pengelolaan dana indeks untuk rotasi strategis. Dalam kasus ini, portofolio sering kali mengikuti indeks pasar, seperti S&P 500.

Baca Artikel Lainnya

Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya