Apa itu Bail-In?
Bail-in memberikan bantuan kepada lembaga keuangan yang berada di ambang kegagalan dengan mengharuskan pembatalan utang kepada kreditor dan deposan. Bail-in adalah kebalikan dari bailout, yang melibatkan penyelamatan lembaga keuangan oleh pihak eksternal, biasanya pemerintah, dengan menggunakan uang pembayar pajak untuk pendanaan.
Bailout membantu mencegah kreditor menanggung kerugian, sementara bail-in memberikan mandat kepada kreditor untuk menanggung kerugian.
Memahami Bail-In
Bail-in dan bailout muncul karena kebutuhan, bukan karena pilihan. Keduanya menawarkan opsi untuk membantu institusi dalam krisis. Bailout adalah alat yang ampuh dalam Krisis Keuangan 2008, tetapi bail-in juga memiliki tempatnya.
Investor dan pemegang deposito di lembaga keuangan yang bermasalah akan lebih memilih untuk menjaga organisasi tetap solven daripada menghadapi alternatif kehilangan nilai penuh investasi atau deposito mereka dalam suatu krisis. Pemerintah juga lebih memilih untuk tidak membiarkan lembaga keuangan gagal karena kebangkrutan berskala besar dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya masalah sistemik pada pasar. Risiko-risiko inilah yang menjadi alasan mengapa dana talangan digunakan pada Krisis Keuangan 2008, dan konsep “terlalu besar untuk gagal” menyebabkan reformasi yang meluas.
Persyaratan untuk Bail-In
Meskipun sebagian besar investor sudah familiar dengan bailout dan penggunaannya, bail-in juga merupakan siasat para ekonom. Eropa telah menerapkannya untuk menyelesaikan banyak tantangan terbesarnya. Bank of International Settlement (BIS) juga telah berbicara secara terbuka mengenai bagaimana bail-in dapat digunakan dengan fokus pada integrasi di Uni Eropa. Dalam skenario ini, bail-in dapat digunakan dalam kasus-kasus di mana bailout penuh dari pemerintah tidak mungkin dilakukan.
Biasanya, bail-in dilembagakan karena salah satu dari tiga alasan berikut:
- Keruntuhan sebuah lembaga keuangan tidak mungkin menciptakan masalah sistemik dan tidak memiliki konsekuensi “terlalu besar untuk gagal”.
- Pemerintah tidak memiliki sumber daya keuangan yang diperlukan untuk melakukan bailout.
- Kerangka resolusi mensyaratkan bahwa bail-in digunakan untuk mengurangi jumlah dana pembayar pajak yang dialokasikan.
Deposan di AS dilindungi oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), yang mengasuransikan setiap rekening bank hingga $250.000. Dalam skenario bail-in, lembaga keuangan hanya akan menggunakan jumlah deposito yang melebihi saldo 250.000 nasabah.
Contoh Bail-In dalam Dunia Nyata
Resolusi Siprus dan Uni Eropa merupakan dua contoh bail-in yang sedang berlangsung.
Eksperimen Siprus
Meskipun publik menjadi akrab dengan topik bailout setelah Resesi Besar 2008, bail-in menarik perhatian pada tahun 2013 setelah para pejabat pemerintah menggunakan strategi ini di Siprus. Seperti yang dibahas di The National Herald, konsekuensinya adalah deposan yang tidak diasuransikan (didefinisikan di Uni Eropa sebagai orang dengan deposito lebih besar dari 100.000 euro) di Bank Siprus kehilangan sebagian besar deposito mereka.
Sebagai imbalannya, para deposan menerima saham bank. Namun, nilai saham ini tidak setara dengan kerugian para deposan.
Uni Eropa
Pada tahun 2018, Uni Eropa mulai melihat secara lebih luas untuk memasukkan bail-in ke dalam kerangka resolusinya. Dalam sebuah pidato di Konferensi Internasional IADI-ERC, Fernando Restoy dari Bank for International Settlements membahas rencana bail-in. Di Uni Eropa, sebuah kerangka resolusi baru sedang dipertimbangkan yang berpotensi menggabungkan bail-in dan bailout. Bail-in akan dilibatkan dalam tahap pertama resolusi, yang membutuhkan sejumlah dana tertentu untuk dihapuskan sebelum dana talangan tersedia.