BerandaIstilahBilling Cycle

Billing Cycle

Billing Cycle adalah interval waktu dari akhir satu tanggal laporan penagihan ke tanggal laporan penagihan berikutnya untuk barang atau layanan yang diberikan perusahaan kepada perusahaan lain atau konsumen secara berulang. Meskipun Billing Cycle paling sering ditetapkan setiap bulan, Billing Cycle dapat bervariasi tergantung pada jenis produk atau layanan yang diberikan.

Memahami Billing Cycle

Billing Cycle memandu perusahaan tentang kapan harus menagih pelanggan sambil membantu departemen internal, seperti unit piutang memonitor jumlah pendapatan yang belum ditagih.

Pada akhir setiap Billing Cycle, pelanggan diberikan waktu tertentu untuk melakukan pembayaran. Masa tenggang ini, yang dikenal sebagai masa tenggang, mirip dengan periode moratorium, yang didefinisikan sebagai periode waktu tertentu di mana pemberi pinjaman mengizinkan peminjam untuk berhenti melakukan pembayaran pinjaman.

Contoh Billing Cycle

Tanggal dimulainya Billing Cycle tergantung pada berbagai faktor, termasuk jenis layanan yang ditawarkan dan kebutuhan pelanggan. Sebagai contoh, sebuah kompleks apartemen dapat menerbitkan tagihan sewa pada hari pertama setiap bulan, terlepas dari kapan penyewa menandatangani kontrak sewa masing-masing. Billing Cycle seperti ini dapat menyederhanakan akuntansi sekaligus memudahkan penyewa mengingat tanggal jatuh tempo pembayaran. Perusahaan juga dapat memilih untuk menggunakan Billing Cycle bergulir. Sebagai contoh, penyedia TV kabel dapat mengatur Billing Cycle pelanggan agar sesuai dengan tanggal saat pelanggan pertama kali menerima sinyal.

Menentukan Panjang Billing Cycle

Meskipun panjang Billing Cycle cenderung sesuai dengan norma industri, vendor dapat memperpendek atau menambah Billing Cycle masing-masing dengan cara yang dapat membantu mereka mengelola arus kas dengan lebih baik atau mengakomodasi perubahan kelayakan kredit pelanggan. Sebagai contoh, pedagang grosir yang mendistribusikan produk ke jaringan supermarket mungkin perlu mempercepat penerimaan arus kas karena perusahaan tempat ia menyewa truk pengiriman telah memperketat Billing Cycle untuk pedagang grosir tersebut. Sebagai contoh lain, pertimbangkan situasi di mana pemilik toko ritel memiliki kebiasaan terlambat membayar kepada pemasoknya. Dalam situasi ini, pedagang grosir dapat memadatkan Billing Cycle dari empat minggu menjadi tiga minggu, untuk mengantisipasi penunggakan. Fleksibilitas Billing Cycle juga dapat terjadi sebaliknya. Sebagai contoh, misalkan pelanggan korporat besar perlu memperpanjang siklus dari 30 hari menjadi 45 hari untuk perangkat lunak sebagai layanan (SaaS). Jika kelayakan kredit pelanggan ini baik, vendor biasanya akan setuju untuk melakukannya.

Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terbaru