BerandaIstilahDebt-to-Capital Ratio

Debt-to-Capital Ratio

Debt-to-Capital Ratio (Rasio utang terhadap modal) adalah pengukuran leverage keuangan perusahaan. Debt-to-Capital Ratio dihitung dengan mengambil utang berbunga perusahaan, baik utang jangka pendek maupun jangka panjang, lalu membaginya dengan total modal. Total modal adalah semua utang berbunga ditambah ekuitas pemegang saham, yang dapat mencakup saham biasa, saham preferen, dan hak minoritas.

Rumus untuk Debt-to-Capital Ratio

Debt-to-Capital Ratio dihitung dengan membagi total utang perusahaan dengan total modalnya, yaitu total utang ditambah total ekuitas pemegang saham.

Yang Diceritakan oleh Debt-to-Capital Ratio

Debt-to-Capital Ratio memberi analis dan investor gambaran yang lebih baik tentang struktur keuangan perusahaan dan apakah perusahaan tersebut cocok untuk investasi atau tidak. Dengan asumsi yang sama, semakin tinggi Debt-to-Capital Ratio, semakin berisiko perusahaan tersebut. Hal ini karena semakin tinggi rasio, semakin banyak perusahaan didanai oleh utang daripada ekuitas, yang berarti kewajiban yang lebih tinggi untuk membayar utang dan risiko kehilangan pinjaman yang lebih besar jika utang tidak dapat dibayar tepat waktu. Namun, meskipun jumlah utang tertentu dapat melumpuhkan satu perusahaan, jumlah yang sama hampir tidak dapat mempengaruhi perusahaan lain. Dengan demikian, menggunakan total modal memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kesehatan perusahaan karena membingkai utang sebagai persentase dari modal dan bukan sebagai jumlah dolar.

Contoh Cara Menggunakan Debt-to-Capital Ratio

Sebagai contoh, asumsikan sebuah perusahaan memiliki $ 100 juta dalam bentuk kewajiban yang terdiri dari yang berikut ini:

  • Wesel bayar $5 juta
  • Utang obligasi $ 20 juta
  • Hutang usaha $10 juta
  • Biaya yang masih harus dibayar $6 juta
  • Pendapatan yang ditangguhkan $3 juta
  • Kewajiban jangka panjang $55 juta
  • Liabilitas jangka panjang lainnya $1 juta

Dari jumlah tersebut, hanya wesel bayar, wesel bayar obligasi, dan kewajiban jangka panjang yang merupakan sekuritas berbunga, dengan jumlah total $5 juta + $20 juta + $55 juta = $80 juta.

Untuk ekuitas, perusahaan memiliki saham preferen senilai $20 juta dan saham minoritas senilai $3 juta yang tercatat di pembukuan. Perusahaan memiliki 10 juta lembar saham biasa yang beredar, yang saat ini diperdagangkan dengan harga $ 20 per lembar. Total ekuitas adalah $20 juta + $3 juta + ($20 x 10 juta saham) = $223 juta. Dengan menggunakan angka-angka ini, perhitungan Debt-to-Capital Ratio perusahaan adalah:

  • Hutang terhadap modal = $80 juta / ($80 juta + $223) = $80 juta / $303 juta = 26,4%

Anggaplah perusahaan ini sedang dipertimbangkan sebagai investasi oleh manajer portofolio. Jika manajer portofolio melihat perusahaan lain yang memiliki Debt-to-Capital Ratio sebesar 40%, dengan asumsi semua hal lain sama, perusahaan yang direferensikan adalah pilihan yang lebih aman karena leverage keuangannya kira-kira setengah dari perusahaan yang dibandingkan. Sebagai contoh nyata, pertimbangkan Caterpillar (NYSE: CAT), yang memiliki total utang sebesar $36,6 miliar per Desember 2018. Ekuitas pemegang sahamnya untuk kuartal yang sama adalah $14 miliar. Dengan demikian, Debt-to-Capital Ratio adalah 73%, atau $36,6 miliar / ($36,6 miliar + $14 miliar).

Perbedaan Antara Debt-to-Capital Ratio dan Debt Ratio /Rasio Hutang

Berbeda dengan Debt-to-Capital Ratio, rasio utang membagi total utang dengan total aset. Rasio utang/ Debt Ratio adalah ukuran seberapa banyak aset perusahaan yang dibiayai dengan utang. Kedua angka ini bisa sangat mirip, karena total aset sama dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemegang saham. Namun, untuk Debt-to-Capital Ratio, rasio ini tidak termasuk semua kewajiban selain utang berbunga.

Keterbatasan Penggunaan Debt-to-Capital Ratio

Debt-to-Capital Ratio dapat dipengaruhi oleh konvensi akuntansi yang digunakan perusahaan. Sering kali, nilai pada laporan keuangan perusahaan didasarkan pada akuntansi biaya historis dan mungkin tidak mencerminkan nilai pasar saat ini yang sebenarnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan nilai yang benar digunakan dalam perhitungan, sehingga rasio tidak terdistorsi.

Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya

Artikel Terbaru