Economic Collapse adalah kehancuran perekonomian nasional, regional, atau teritorial yang biasanya terjadi setelah masa krisis. Economic Collapse terjadi pada permulaan kontraksi ekonomi, depresi, atau resesi yang parah dan dapat berlangsung selama beberapa tahun tergantung pada tingkat keparahan keadaannya. Keruntuhan perekonomian dapat terjadi dengan cepat karena suatu peristiwa yang tidak terduga, atau dapat didahului oleh beberapa peristiwa atau tanda-tanda yang menunjukkan rapuhnya perekonomian.
Memahami Economic Collapse
Keruntuhan perekonomian adalah peristiwa luar biasa yang belum tentu merupakan bagian dari siklus perekonomian standar. Hal ini dapat terjadi kapan saja dalam siklus, yang mengarah ke fase kontraksi dan resesi. Teori ekonomi menguraikan beberapa fase yang dapat dilalui suatu perekonomian. Siklus ekonomi penuh meliputi pergerakan dari lembah menuju ekspansi, diikuti oleh puncak, dan kemudian kontraksi yang mengarah kembali ke lembah. Meskipun keruntuhan perekonomian akan lebih mungkin terjadi pada perekonomian yang sudah mengalami kontraksi, peristiwa atau tren angsa hitam (black swan) dalam perekonomian global dapat mengesampingkan titik mana pun dalam siklus tersebut dan memicu keruntuhan perekonomian.
Berbeda dengan kontraksi dan resesi, tidak ada pedoman yang disepakati mengenai Economic Collapse. Sebaliknya, istilah Economic Collapse adalah sebuah label yang mungkin diterapkan oleh para ekonom dan pejabat pemerintah—dan mungkin diterapkan berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah kejadian sebenarnya. Pemerintah juga cenderung menggunakan istilah Economic Collapse ketika menyusun stimulus skala besar di tengah kepanikan pasar. Ancaman Economic Collapse dimunculkan untuk mendorong intervensi terhadap perekonomian.
Menanggapi Economic Collapse
Meskipun perekonomian dapat dan masih mengalami Economic Collapse, terdapat insentif yang kuat bagi pemerintah nasional untuk berupaya mencegah atau mengurangi dampak Economic Collapse melalui kebijakan fiskal dan moneter. Economic Collapse sering kali dapat diatasi dengan beberapa gelombang intervensi dan tindakan fiskal. Misalnya, bank-bank mungkin akan menutup usahanya untuk membatasi penarikan dana, pengendalian modal baru mungkin akan diberlakukan, miliaran dolar dapat disalurkan ke dalam perekonomian melalui sistem perbankan, dan seluruh mata uang mungkin akan dinilai kembali atau bahkan diganti. Terlepas dari upaya pemerintah, beberapa Economic Collapse mengakibatkan tergulingnya pemerintah yang bertanggung jawab dan merespons keruntuhan tersebut.
Setelah Economic Collapse, hampir selalu terdapat sejumlah perubahan legislatif yang bertujuan untuk menghindari situasi serupa di masa depan. Perubahan-perubahan ini biasanya didasari oleh analisis pasca-keruntuhan yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor utama yang menyebabkan keruntuhan dan mengintegrasikan pengendalian ke dalam undang-undang baru untuk memitigasi risiko-risiko tersebut di masa depan. Seiring berjalannya waktu, minat terhadap pengendalian keuangan ini dapat melemah, sehingga regulasi terhadap perilaku pasar yang berisiko menjadi lebih longgar seiring dengan memudarnya ingatan akan Economic Collapse.