Julian Robertson adalah seorang investor dan mantan manajer hedge fund asal Amerika Serikat yang terkenal karena mendirikan Tiger Management pada tahun 1980, yang berkembang menjadi salah satu hedge fund paling terkemuka di generasinya.
Robertson menutup pintu di Tiger pada tahun 2000 dan kemudian menjadi mentor bagi para manajer hedge fund yang lebih muda dan usaha filantropi yang berfokus pada pendidikan tinggi dan penelitian medis.
Selama tahun 1980-an dan awal tahun 90-an, Robertson sering disebut sebagai “Bapak Hedge Fund” dan “Penyihir Wall Street”.
Kehidupan Awal dan Pendidikan
Julian Robertson lahir di Salisbury, North Carolina, pada tanggal 25 Juni 1932, dari pasangan Julian Hart Robertson Sr. (seorang eksekutif perusahaan tekstil) dan ibu rumah tangga, Blanche Spenser Robertson. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Episkopal di kota kelahirannya, ia melanjutkan ke Universitas North Carolina dan lulus pada tahun 1955.
Setelah dua tahun di Angkatan Laut, Robertson bergabung dengan kantor Kidder, Peabody, & Co. di New York sebagai pialang ritel pada tahun 1957. Ia naik jabatan di perusahaan ini dan akhirnya memimpin divisi manajemen aset, yang dikenal sebagai Webster Securities. Robertson meninggalkan Kidder, Peabody, & Co. untuk cuti panjang selama satu tahun di Selandia Baru pada tahun 1979.
Pencapaian Penting
Ketika berada di Selandia Baru, Robertson mencetuskan ide untuk sebuah dana baru. Ia mendirikan Tiger Management, salah satu hedge fund pertama, sekembalinya ke New York pada tahun 1980. Robertson menggunakan aset awal yang diyakini sekitar $8 juta. Aset Tiger berkembang menjadi $22 miliar selama dua dekade berikutnya. Kesuksesan dana ini berkat kemampuan Robertson untuk mengidentifikasi peluang investasi dalam kerangka strategi perdagangan makro global. Robertson sering menggunakan strategi long-short, membeli saham-saham terbaik yang bisa ia temukan dan menjual saham-saham yang ia anggap paling buruk.
Pada akhir 1990-an, Robertson juga dikenal karena menghindari investasi teknologi selama penumpukan saham internet pada akhir 1990-an. Penghindaran ini merupakan pedang bermata dua bagi Tiger Management. Reksa dana ini berkinerja baik selama runtuhnya gelembung teknologi, namun mengalami pengurasan modal karena para investor membawa uang mereka ke Silicon Valley. Tekanan tambahan datang dari investasi yang signifikan di U.S. Airways, yang tidak berjalan dengan baik bagi Robertson. U.S. Airways mengajukan perlindungan kebangkrutan pada tahun 2002 dan sekali lagi pada tahun 2004.
Robertson melikuidasi dana Tiger Management pada tahun 2000 setelah kinerjanya yang buruk. Dia menulis bahwa kesuksesan Tiger didasarkan pada pendekatan rasional terhadap penilaian dan perdagangan. Strategi ini terbukti kurang efektif seiring dengan pertumbuhan saham internet yang tidak rasional.
Pada tahun-tahun berikutnya, Robertson memfokuskan upayanya untuk membimbing dan berinvestasi dengan sejumlah manajer hedge fund yang sedang naik daun yang dikenal sebagai “Tiger Cubs”. Anggota terkemuka kelompok ini termasuk John Griffin dari Blue Ridge Capital, Ole Andreas Halvorsen dari Viking Global, Chase Coleman dari Tiger Global Management, dan Steve Mandel, yang sebelumnya bekerja di Lone Pine Capital.
Kekayaan dan Filantropi
Robertson aktif dalam kegiatan filantropi setelah berpaling dari pengelolaan dana. Ia mendirikan beasiswa di almamaternya dan Duke University serta berkomitmen pada The Giving Pledge, sebuah kampanye yang diluncurkan oleh Bill Gates dan Warren Buffet. Robertson juga aktif di Selandia Baru, membeli beberapa penginapan mewah di seluruh negeri.
Forbes melaporkan bahwa Robertson menyumbangkan $1,3 miliar untuk kegiatan amal. Diantaranya termasuk perlindungan lingkungan, sekolah charter, dan penelitian medis. Pada 5 April 2022, Robertson dilaporkan memiliki kekayaan sebesar $4,8 miliar. Julian Robertson meninggal pada 23 Agustus 2022, di usia 90 tahun, di rumahnya di New York.