Just in case (JIC) adalah strategi inventaris di mana perusahaan menyimpan inventaris dalam jumlah besar. Jenis strategi manajemen inventaris ini bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan produk akan kehabisan stok. Perusahaan yang menggunakan strategi ini biasanya mengalami kesulitan memprediksi permintaan konsumen atau mengalami lonjakan permintaan yang besar pada waktu yang tidak dapat diprediksi. Perusahaan yang mempraktikkan strategi ini pada dasarnya menanggung biaya penyimpanan inventaris yang lebih tinggi sebagai imbalan atas pengurangan jumlah penjualan yang hilang karena inventaris yang terjual habis.
Cara Kerja Just in Case (JIC)
Strategi inventaris JIC berbeda dari strategi inventaris “just in time” (JIT) yang lebih baru, di mana perusahaan mencoba meminimalkan biaya inventaris dengan memproduksi barang setelah pesanan masuk.
Strategi JIC lebih umum di negara-negara yang kurang terindustrialisasi di mana infrastruktur transportasi yang buruk, bencana alam, kontrol kualitas yang buruk, dan kerentanan terhadap masalah produksi pemasok lain menjadi perhatian. Ketidakstabilan seperti itu dalam rantai pasokan dapat menyebabkan inefisiensi produksi yang mahal. Oleh karena itu, produsen dapat memutuskan untuk membayar kelebihan inventaris untuk menghindari penghentian produksi.
Untuk JIC, produsen memesan ulang stok sebelum mencapai level minimum untuk terus menjual inventaris sementara pemasok memasok barang. Waktu sejak perusahaan memesan ulang stok hingga pemasok menyediakan stok baru dikenal sebagai lead time. Sistem inventaris JIC berupaya menjaga level inventaris minimum jika terjadi keadaan darurat. JIC biasanya lebih mahal daripada JIT karena dapat menyebabkan pemborosan jika tidak semua inventaris terjual dan ada biaya penyimpanan tambahan karena inventaris tambahan.
Mengapa Memilih Strategi JIC yang Lebih Mahal?
Salah satu alasan utama untuk mempraktikkan sistem JIC yang lebih mahal adalah potensi kerugian, seperti kehilangan pelanggan utama secara permanen, kehilangan pemasok, dan runtuhnya rantai pasokan. Jika kontinjensi respons JIT terlalu lambat atau gagal menjaga produksi tetap berjalan, biaya tambahan mungkin timbul. Biaya tambahan karena mempertahankan penyimpanan dan sumber daya ekstra mungkin lebih hemat biaya daripada menggunakan sistem JIT yang lebih efisien.
Dalam perkembangan terkini, beberapa perusahaan mulai sengaja mengurangi stok inventaris mereka. Pembuat barang-barang populer tertentu yang pembelinya tidak mau menerima barang pengganti dapat menggunakan strategi ini.
Strategi “jaga-jaga” digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang kesulitan memperkirakan permintaan. Dengan strategi ini, perusahaan-perusahaan memiliki cukup bahan produksi untuk memenuhi lonjakan permintaan yang tidak terduga. Biaya penyimpanan yang lebih tinggi merupakan kerugian utama dari strategi ini.
Contoh Nyata dari Just In Case (JIC)
Contoh pembeli JIC adalah militer atau rumah sakit. Jenis-jenis organisasi ini harus memelihara inventaris yang besar karena menunggu produsen JIT untuk meningkatkan produksi untuk persediaan yang dibutuhkan dapat mengakibatkan hilangnya nyawa dan bahkan perang.