Sistem persediaan just-in-time (JIT) adalah strategi manajemen yang menyelaraskan pesanan bahan baku dari pemasok secara langsung dengan jadwal produksi. Perusahaan menggunakan strategi persediaan ini untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi pemborosan dengan menerima barang hanya saat dibutuhkan untuk proses produksi, yang mengurangi biaya persediaan. Metode ini mengharuskan produsen untuk memperkirakan permintaan secara akurat.
Cara Kerja Persediaan Just-in-Time (JIT)
Sistem persediaan just-in-time (JIT) meminimalkan persediaan dan meningkatkan efisiensi. Sistem produksi JIT memangkas biaya persediaan karena produsen menerima bahan dan suku cadang sesuai kebutuhan untuk produksi dan tidak perlu membayar biaya penyimpanan. Produsen juga tidak memiliki persediaan yang tidak diinginkan jika pesanan dibatalkan atau tidak dipenuhi.
Salah satu contoh sistem persediaan JIT adalah produsen mobil yang beroperasi dengan tingkat persediaan rendah tetapi sangat bergantung pada rantai pasokannya untuk mengirimkan suku cadang yang dibutuhkan untuk membuat mobil sesuai kebutuhan. Akibatnya, produsen memesan suku cadang yang dibutuhkan untuk merakit kendaraan hanya setelah pesanan diterima. Agar produksi JIT berhasil, perusahaan harus memiliki produksi yang stabil, pengerjaan berkualitas tinggi, mesin pabrik bebas gangguan, dan pemasok yang andal.
Keuntungan dan Kerugian JIT
Sistem inventaris JIT memiliki beberapa keuntungan dibandingkan model tradisional. Produksi berjalan singkat, yang berarti produsen dapat dengan cepat berpindah dari satu produk ke produk lainnya. Selain itu, metode ini mengurangi biaya dengan meminimalkan kebutuhan gudang. Perusahaan juga menghabiskan lebih sedikit uang untuk bahan baku karena mereka membeli sumber daya yang cukup untuk membuat produk yang dipesan dan tidak lebih.
Kerugian sistem inventaris JIT mencakup potensi gangguan dalam rantai pasokan. Jika pemasok bahan baku mengalami kerusakan dan tidak dapat mengirimkan barang dengan segera, hal ini dapat menghambat seluruh lini produksi. Pesanan barang yang tiba-tiba dan tidak terduga dapat menunda pengiriman produk jadi ke klien akhir.
Contoh JIT
Terkenal dengan sistem inventaris JIT-nya, Toyota Motor Corporation memesan suku cadang hanya ketika menerima pesanan mobil baru. Meskipun perusahaan menerapkan metode ini pada tahun 1970-an, butuh waktu 20 tahun untuk menyempurnakannya.
Sistem inventaris JIT Toyota hampir menyebabkan perusahaan tersebut berhenti beroperasi pada bulan Februari 1997, setelah kebakaran di pemasok suku cadang otomotif milik Jepang Aisin menghancurkan kapasitasnya untuk memproduksi katup-P bagi kendaraan Toyota. Karena Aisin adalah satu-satunya pemasok suku cadang ini, penghentian produksinya selama berminggu-minggu menyebabkan Toyota menghentikan produksi selama beberapa hari.
Hal ini menyebabkan efek berantai, di mana pemasok suku cadang Toyota lainnya juga harus tutup sementara karena pembuat mobil tersebut tidak membutuhkan suku cadang mereka selama periode waktu tersebut. Akibatnya, kebakaran ini merugikan pendapatan Toyota sebesar 160 miliar yen.
Pertimbangan Khusus
Kanban adalah sistem penjadwalan Jepang yang sering digunakan bersama dengan lean manufacturing dan JIT. Taiichi Ohno, seorang insinyur industri di Toyota, mengembangkan kanban dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi manufaktur. Sistem kanban menyoroti area masalah dengan mengukur waktu tunggu dan siklus di seluruh proses produksi, yang membantu mengidentifikasi batas atas untuk inventaris pekerjaan dalam proses guna menghindari kelebihan kapasitas.
Kesimpulan
Sistem persediaan just-in-time (JIT) adalah strategi manajemen yang meminimalkan persediaan dan meningkatkan efisiensi. Sistem ini populer di kalangan usaha kecil dan perusahaan besar karena meningkatkan arus kas dan mengurangi modal yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. Namun, jika terjadi gangguan dalam rantai pasokan, sistem tersebut mungkin gagal menyelesaikan berbagai hal tepat waktu.