BerandaIstilahPre-Market Trading

Pre-Market Trading

Buat kamu yang udah lama atau baru nyemplung ke dunia saham, kamu mungkin pernah dengar istilah pre-market trading. Tapi, udah tahu belum sebenarnya apa itu pre-market trading? Nah, kali ini kita bakal bahas tentang dunia “jual beli” saham sebelum pasar resmi buka. Biar nggak ketinggalan info dan bisa ambil keputusan lebih cepat dari trader lain, yuk simak artikelnya sampai selesai!

Jadi, Apa Itu Pre-Market Trading?

Secara sederhana, pre-market trading itu adalah aktivitas jual beli saham yang dilakukan sebelum jam perdagangan reguler dimulai. Kalau di Indonesia kita biasanya kenal jam bursa itu dimulai sekitar pukul 09.00 WIB, nah pre-market ini terjadi sebelum jam itu.

Di pasar saham luar negeri, terutama di Amerika Serikat, pre-market trading biasanya dimulai sekitar jam 04.00 pagi waktu setempat dan berakhir sebelum jam 09.30 pagi, saat pasar reguler buka. Kalau di Indonesia, karena beda zona waktu, trader yang mau ikutan pre-market trading di pasar luar harus begadang atau bahkan bangun dini hari. Lumayan juga perjuangannya, ya.

Pre-market ini memungkinkan investor dan trader untuk merespons berita atau laporan keuangan yang dirilis di luar jam perdagangan reguler. Misalnya, ada kabar perusahaan X meraih laba besar semalam—nah, kamu bisa langsung masuk pasar dan ambil posisi sebelum mayoritas investor lain terbangun.

Kenapa Ada Pre-Market Trading?

Tujuan utama dari pre-market trading ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada para pelaku pasar untuk bereaksi terhadap informasi penting sebelum pasar dibuka. Biasanya, berita-berita besar seperti laporan keuangan kuartalan, pernyataan bank sentral, hingga isu geopolitik bisa bikin harga saham bergerak drastis.

Karena itulah, adanya pre-market trading bisa jadi keuntungan tersendiri buat mereka yang sigap dan paham situasi pasar. Tapi tentu aja, makin cepat kamu masuk, makin tinggi juga risikonya, karena volume perdagangan masih rendah dan fluktuasi harga bisa lebih gila-gilaan.

Gimana Cara Melakukan Pre-Market Trading?

Nah, ini bagian yang cukup teknis, tapi jangan khawatir, kita bakal jelasin semuanya kok.

Transaksi pre-market nggak bisa dilakukan lewat semua broker. Biasanya, hanya broker tertentu yang menyediakan fasilitas ini, terutama broker luar negeri yang terkoneksi dengan ECN (Electronic Communication Network).

ECN itu semacam “jembatan” digital yang mempertemukan pembeli dan penjual saham secara langsung tanpa harus lewat pasar reguler. Lewat ECN inilah kamu bisa ikut transaksi saham sebelum pasar benar-benar buka.

Di Indonesia sendiri, pre-market dalam konteks Bursa Efek Indonesia (BEI) itu bukan pre-market trading seperti di luar negeri ya. Kita lebih mengenalnya sebagai sesi pra-pembukaan atau pre-opening, yang waktunya mulai dari 08.45 sampai 08.55 WIB. Tapi sesi ini lebih mirip fase penentuan harga pembukaan saham, bukan buat jual beli bebas kayak di pre-market trading luar negeri.

Kalau kamu tertarik ikut pre-market di pasar AS misalnya, kamu harus pakai broker seperti Interactive Brokers, TD Ameritrade, atau Charles Schwab yang punya akses ke ECN dan mengizinkan perdagangan di luar jam reguler.

Apa Kelebihan dari Pre-Market Trading?

Bisa dibilang, kelebihan utamanya itu ada di kecepatan ambil posisi. Misalnya ada berita bagus soal perusahaan teknologi besar semalam, kamu bisa beli sahamnya sebelum harga naik drastis saat pasar buka. Ini jelas bisa kasih potensi keuntungan lebih tinggi.

Selain itu, kamu juga bisa mengelola risiko lebih awal. Contohnya, kalau ada berita negatif yang keluar di malam hari, kamu bisa langsung jual saham kamu sebelum harganya terjun bebas di sesi reguler.

Tapi, Jangan Lupa Risikonya

Meskipun terlihat keren dan menguntungkan, pre-market trading juga nggak lepas dari risiko. Yang pertama dan paling utama adalah likuiditasnya rendah. Artinya, jumlah pembeli dan penjual di jam-jam ini masih sedikit. Jadi, bisa jadi kamu mau jual tapi nggak ada yang beli, atau sebaliknya.

Terus, karena volumenya rendah, volatilitas harga jadi tinggi banget. Selisih antara harga jual dan beli (spread) bisa melebar jauh, bikin kamu bisa masuk di harga yang nggak menguntungkan.

Lagipula, data dan pergerakan harga di sesi pre-market kadang nggak akurat mencerminkan kondisi pasar reguler. Artinya, apa yang kamu lihat di pre-market belum tentu terjadi saat pasar resmi dibuka.

Pre-Market Trading Cocok Buat Siapa?

Biasanya, yang sering aktif di pre-market itu adalah trader berpengalaman, institusi besar, atau mereka yang udah punya strategi matang dan bisa mengelola risiko. Kalau kamu masih pemula, disarankan untuk banyak belajar dulu dan memahami pola pergerakan pasar di sesi reguler sebelum nyemplung ke pre-market.

Tapi bukan berarti kamu nggak bisa coba. Asalkan udah paham risikonya, punya akses ke broker yang tepat, dan tahu kapan harus masuk atau keluar, pre-market trading bisa jadi alat bantu tambahan buat strategi investasi kamu.

Kesimpulan

Jawabannya tergantung pada kebutuhan dan strategi kamu. Buat yang aktif trading dan pengen ambil posisi lebih cepat dari pasar, pre-market bisa jadi opsi menarik. Tapi buat investor jangka panjang atau pemula, sebaiknya tetap fokus ke sesi reguler yang lebih stabil dan likuid.

Yang penting, jangan asal ikut-ikutan. Pahami dulu cara kerjanya, risiko, dan pastikan kamu punya akses ke platform yang mendukung transaksi pre-market. Dunia saham itu luas, dan pre-market cuma satu bagian kecil dari strategi yang bisa kamu pakai.

Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya

Baca Juga