Devaluation adalah penyesuaian nilai uang suatu negara secara sengaja terhadap mata uang atau standar lain. Ini adalah alat kebijakan moneter yang digunakan oleh negara-negara dengan nilai tukar tetap atau nilai tukar semi-tetap.
Strategi Devaluation
Dengan menDevaluation mata uangnya, suatu negara membuat uangnya lebih murah dan meningkatkan ekspor, sehingga menjadikannya lebih kompetitif di pasar global. Sebaliknya, produk luar negeri menjadi lebih mahal sehingga permintaan impor turun. Pemerintah menggunakan Devaluation untuk memerangi ketidakseimbangan perdagangan dan membuat ekspor melebihi impor.
Ketika ekspor meningkat dan impor menurun, biasanya terdapat neraca pembayaran yang lebih baik seiring dengan menyusutnya defisit perdagangan. Sebuah negara yang menDevaluation mata uangnya dapat mengurangi defisitnya karena permintaan yang lebih besar terhadap ekspor yang lebih murah.
Konsekuensi Devaluation
Meskipun menDevaluation suatu mata uang mungkin merupakan suatu pilihan, hal ini dapat menimbulkan konsekuensi negatif.
- Meningkatnya harga impor melindungi industri dalam negeri, namun industri tersebut mungkin menjadi kurang efisien jika tidak ada tekanan persaingan.
- Ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor juga dapat meningkatkan permintaan agregat, sehingga menyebabkan inflasi.
- Produsen mungkin mempunyai insentif yang lebih kecil untuk memotong biaya karena ekspor lebih murah, sehingga meningkatkan biaya produk dan jasa dari waktu ke waktu.
Perang Mata Uang (Currency Wars)
Telah terjadi konflik historis antara negara-negara seperti Tiongkok dan Amerika Serikat mengenai penilaian mata uang mereka. Kebijakan moneter yang menekankan Devaluation memungkinkan suatu negara untuk tetap kompetitif di pasar perdagangan global. Devaluation juga mendorong investasi, menarik investor asing ke aset-aset yang lebih murah.
Omnibus Trade and Competitiveness Act tahun 1988 mewajibkan Menteri Keuangan AS untuk menganalisis kebijakan nilai tukar negara lain dan menentukan apakah negara tersebut memanipulasi nilai tukar antara mata uang mereka dan dolar Amerika Serikat. Pada tahun 2019, Menteri Mnuchin menemukan bahwa Tiongkok menDevaluation mata uangnya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang tidak adil dalam perdagangan internasional.
Namun, pada tahun 2023, setelah beberapa tahun mengalami kesulitan perdagangan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, bank sentral Tiongkok berharap dapat menjaga agar yuan Tiongkok tidak melemah terlalu cepat terhadap dolar AS karena impor menjadi lebih mahal dibandingkan ekspornya.3 Perdagangan luar negeri yuan diperdagangkan sekitar 7,15 per dolar pada Mei 2023, dan ekspor Tiongkok turun lebih dari yang diperkirakan, mencerminkan lambatnya jalur pemulihan negara tersebut.
Kesimpulan
Devaluation terjadi ketika suatu negara melakukan penyesuaian nilai mata uangnya ke bawah untuk menyeimbangkan perdagangan. MenDevaluation suatu mata uang akan mengurangi biaya ekspor suatu negara dan membuat impor menjadi kurang menarik. Ketika ekspor meningkat dan impor menurun, biasanya terdapat neraca pembayaran yang lebih baik seiring dengan menyusutnya defisit perdagangan.