BerandaIstilahClosed Economy

Closed Economy

Closed economy biasanya merujuk pada negara yang tidak melakukan perdagangan atau pertukaran finansial lainnya dengan negara lain. Ini berarti tidak ada impor yang masuk ke negara tersebut dan tidak ada ekspor yang keluar. Tujuan closed economy adalah swasembada penuh, menyediakan segala kebutuhan konsumen domestik dari dalam perbatasan negara itu sendiri. Di dunia yang saling terhubung saat ini, closed economy lebih merupakan konsep teoritis daripada kenyataan, meskipun beberapa ekonomi lebih tertutup daripada yang lain.

Mengapa Tidak Ada Closed Economy yang Nyata Saat Ini

Tren globalisasi dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa pemerintah menjadi lebih terbuka untuk berpartisipasi dalam perdagangan internasional. Closed economy berlawanan dengan teori ekonomi modern, yang mendorong pembukaan pasar domestik untuk perdagangan internasional untuk memanfaatkan keunggulan komparatif, idealnya untuk kepentingan semua warga negara. Dengan mengalokasikan tenaga kerja dan sumber daya lainnya untuk operasi yang paling produktif dan efisien, perusahaan dan individu dapat meningkatkan kekayaan mereka, demikian menurut teori tersebut.

Selain itu, menurut Organisasi Internasional untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), “Ekonomi yang relatif terbuka tumbuh lebih cepat daripada ekonomi yang relatif tertutup, dan gaji serta kondisi kerja pada umumnya lebih baik di perusahaan-perusahaan yang berdagang daripada yang tidak. Lebih banyak kemakmuran dan peluang di seluruh dunia juga membantu mendorong stabilitas dan keamanan yang lebih besar bagi semua orang.”

Di samping keuntungan potensial, mempertahankan ekonomi yang benar-benar tertutup sulit dilakukan dalam masyarakat modern, sebagian karena bahan mentah memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam produksi barang jadi. Banyak negara yang merupakan pusat kekuatan dalam hal manufaktur dan ekspor tidak memiliki semua bahan baku yang diperlukan secara lokal dan tidak punya pilihan selain mengimpornya.

Misalnya, pada tahun 2021, menurut World’s Top Exports, sebuah situs web penelitian dan pendidikan independen, lima importir minyak mentah terbesar adalah:

–         Tiongkok: $229,3 miliar (22,3% dari total)

–         Amerika Serikat: $138,4 miliar (13,5%)

–         India: $106,4 miliar (10,4%)

–         Korea Selatan: $67 miliar (6,5%)

–         Jepang: $63,1 miliar (6,1%)

Amerika Serikat, pada kenyataannya, adalah pengimpor dan pengekspor minyak mentah, mengimpor sekitar 6,11 juta barel per hari dari negara-negara lain, sementara pada saat yang sama mengekspor sekitar 2,90 juta barel per hari, menurut U.S. Energy Information Administration.

Contoh yang lebih dramatis, saat ini dan di masa depan, adalah lithium, logam yang telah menjadi bagian integral dari produksi baterai yang menggerakkan kendaraan listrik. AS dan banyak negara industri lainnya memiliki cadangan lithium yang sangat terbatas dan harus bergantung pada negara lain untuk pasokannya. Faktanya, Australia, Amerika Latin, dan Tiongkok secara kolektif menyumbang 98% dari produksi lithium dunia pada tahun 2020, menurut McKinsey & Co.

Mengapa Menutup Ekonomi?

Meskipun ekonomi yang benar-benar tertutup pada dasarnya sudah tidak ada lagi saat ini, pemerintah masih dapat menutup industri atau sektor tertentu dalam ekonomi mereka dari persaingan internasional. Beberapa negara penghasil minyak, misalnya, memiliki sejarah melarang perusahaan minyak asing untuk melakukan bisnis di dalam perbatasan mereka.

Argumen yang mendukung ekonomi yang tertutup sebagian adalah bahwa ekonomi yang sepenuhnya terbuka berisiko menjadi terlalu bergantung pada impor, yang mengakibatkan neraca perdagangan yang sangat timpang. Selain itu, produsen dalam negeri dapat menderita karena tidak dapat bersaing dengan harga internasional yang rendah. Oleh karena itu, pemerintah dapat menggunakan kontrol perdagangan seperti tarif, subsidi, dan kuota untuk mendukung perusahaan-perusahaan domestik. Kebijakan ini sering disebut sebagai proteksionisme.

Amerika Serikat, misalnya, yang secara keseluruhan memiliki tarif yang relatif rendah, memberlakukan tarif 25% untuk impor baja dan 10% untuk impor aluminium pada tahun 2018, dengan alasan melindungi produsen dalam negeri dari persaingan luar negeri yang tidak sehat, terutama dari Cina. Pada tahun 2022, peraturan tersebut diubah.

Mengukur Seberapa Tertutupnya Suatu Perekonomian

Salah satu cara untuk menilai sejauh mana sebuah ekonomi terbuka atau tertutup adalah dengan mengukur impor dan ekspor negara tersebut sebagai persentase dari produk domestik bruto (PDB).

Berdasarkan ukuran tersebut, negara Sudan di Afrika mungkin memiliki ekonomi paling tertutup saat ini. Dengan menggunakan angka-angka terbaru yang tersedia, impor hanya mewakili 1,9% dari PDB Sudan, sementara ekspor mewakili 2,3%. Sebagai perbandingan, di AS, angka-angka tersebut masing-masing adalah 13,3% dan 10,2%.

Kesimpulan

Tidak ada negara yang saat ini memiliki ekonomi yang sepenuhnya tertutup. Namun, ada beberapa yang lebih tertutup daripada yang lain. Negara-negara dengan ekonomi yang relatif tertutup lebih sedikit bergantung pada impor dan ekspor daripada negara-negara dengan ekonomi yang lebih terbuka, yang berusaha memproduksi barang dan jasa apa pun yang mereka butuhkan dari dalam perbatasan mereka sendiri. Para ekonom umumnya percaya bahwa ekonomi yang relatif terbuka lebih bermanfaat bagi warga negaranya, dan dunia pada umumnya, daripada ekonomi yang relatif tertutup.

Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya

Baca Juga