High Beta Index adalah sekeranjang saham yang menunjukkan volatilitas lebih besar daripada indeks pasar yang lebih luas seperti Indeks S&P 500. High Beta Index S&P 500 adalah yang paling terkenal dari indeks-indeks ini. Indeks ini melacak kinerja 100 perusahaan di S&P 500 yang paling sensitif terhadap perubahan dalam pengembalian pasar.
Beta adalah jumlah volatilitas atau risiko sistematis yang ditunjukkan suatu aset dibandingkan dengan pasar secara keseluruhan. Selain indeks kapitalisasi besar yang menjadi andalan, Standard and Poor’s menawarkan sejumlah variasi beta tinggi untuk kapitalisasi kecil, kapitalisasi menengah, dan indeks pasar lainnya.
Penjelasan High Beta Index
Perusahaan High Beta Index menunjukkan sensitivitas yang lebih besar daripada pasar yang lebih luas. Sensitivitas diukur dengan beta saham individual. Beta 1 menunjukkan pergerakan aset sejalan dengan pasar. Apa pun yang kurang dari 1 menunjukkan aset yang kurang fluktuatif dibandingkan pasar, sementara lebih dari 1 menunjukkan aset yang lebih fluktuatif.
Misalnya, beta 1,2 berarti aset tersebut 20% lebih fluktuatif dibandingkan pasar. Sebaliknya, beta 0,70 secara teoritis 30% kurang fluktuatif dibandingkan pasar. Beta diukur terhadap indeks yang diikuti secara luas seperti Indeks S&P 500.
Memperoleh eksposur ke High Beta Index memerlukan sarana investasi seperti dana yang diperdagangkan di bursa (ETF). Invesco S&P 500 High Beta ETF (SPHB) adalah aset yang diperdagangkan secara luas yang melacak aset yang fluktuatif di pasar yang lebih luas. ETF tersebut telah berkinerja lebih buruk daripada Indeks S&P 500 yang mendasarinya sejak awal. 2
Perusahaan keuangan mencakup hampir 30% aset dana tersebut, dengan Discover Financial Services (DFS), Lincoln National Corp (LNC), dan Invesco (IVZ) di antara kepemilikan terbesarnya.
Keterbatasan High Beta Index
Berlawanan dengan kepercayaan umum, beta atau volatilitas tinggi tidak selalu menghasilkan laba yang lebih besar. Selama bertahun-tahun, Indeks S&P 500 Beta Tinggi telah berkinerja lebih buruk daripada tolok ukurnya. Hal ini terjadi selama periode peningkatan yang tidak kenal kompromi di pasar yang lebih luas.
Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa saham dengan volatilitas rendah cenderung menghasilkan laba yang disesuaikan dengan risiko yang lebih besar daripada saham dengan volatilitas tinggi. Alasan beta rendah cenderung berkinerja lebih baik dapat dikaitkan dengan bias perilaku investasi, seperti heuristik representatif dan terlalu percaya diri. Selain itu, pemilihan sektor dan kriteria fundamental lainnya memainkan peran penting dalam volatilitas dan kinerja High Beta Index.