Dolar Australia merangkak naik ke atas level $0.62 – rebound dari posisi terendah dua tahun, seiring menguatnya harga komoditas. Hal ini juga dipicu oleh melemahnya Dolar AS, di mana para investor cenderung bersikap lebih hati-hati terhadap mata uang Dolar AS.
Terlepas dari rebound baru-baru ini, Dolar Australia masih dibayangi oleh sejumlah sentimen negatif. Sebuah survei mengungkapkan bahwa aktivitas manufaktur di China, yang merupakan mitra dagang terbesar Australia, cenderung melambat dan berada di bawah ekspektasi pasar. Sementara itu, data lainnya mengungkapkan bahwa aktivitas manufaktur di Australia kian melemah, sehingga memperburuk prospek ekonomi Negeri Kangguru.
Dolar Australia menghadapi hambatan yang signifikan pada tahun 2024, dan turun sekitar 9% sepanjang tahun. Pelemahan Aussie disebabkan oleh sikap Reserve Bank of Australia (RBA) yang dovish, khususnya di tengah adanya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi Australia. Ke depan, para ekonom memperkirakan RBA akan menurunkan suku bunganya sebesar 25 bps pada bulan April, di mana beberapa ekonom juga berspekulasi RBA akan menurunkan suku bunganya paling cepat pada bulan Februari.